Abstrak:
Melihat
napak tilas sejarah Indonesia penuh dengan peninggalan bercorak Hindu-Budha.
Otak kita pun seketika muncul bayangan adat istiadat Hindu dan Budha.
Membicarakan adat istiadat dan peninggalan yang bercorak Hindu-Budha erat
kaitannya dengan kuil atau yang biasa disebut pura dan arca. Pura dan arca
merupakan peninggalan yang sangat menarik untuk diteliti. Tidak hanya dari segi
fungsi dan arsitektur tapi juga dari segi seni. Hal menarik dari segi seni
dapat kita lihat pada arca yang mengalami penyesuaian jika dibandingkan dengan
bentuk asli dari tempat asalnya.
Kata kunci: arca budha, sejarah, penyesuaian
Sejarah
kesenian yang selama ini pernah disampaikan dan dipelajari merupakan kesenian
dunia barat. Sejarahwan membuktikan bahwa di dunia timur pernah terdapat sebuah
peradaban yang tinggi jauh sebelum kesenian dunia barat muncul. Peradaban ini
memiliki kesenian yang tinggi pada masanya. Kesenian yang pada mulanya berwujud
bangunan terbuat dari kayu ini berasal dari India. Jauh sebelum bangsa Arya
datang, India sudah memiliki keseniannya sendiri.
Kendati
India sudah memilikki kesenian sendiri dalam perkembangannya dipengaruhi oleh
seni patung dari masa Romawi. Bahkan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia
barat turut memengaruhi perkembangan kesenian di India. Hal ini dapat kita
lihat pada seni patung. Zaman kesenian terpenting di India adalah zaman Raja
Asoka seiring dengan muncul dan berkembangnya agama Budha. Pada zaman kesenian
terpenting, sekitar 250 SM, muncullah patung Budha.
Seni
rupa seluruhnya terikat pada peraturan-peraturan yang termuat dalam Silpa
Sastra, yaitu buku pedoman pembuatan arca dan bangunan. Kesenian India
nampaknya menjamur dan berkembang di Indonesia pada masa kerajaan Hindu-Budha. Kesenian
bercorak Hindu-Budha yang akan penulis bahas di sini adalah patung Budha.
Patung
Budha
Arca
Budha pada mulanya tidak berwujud sebagaimana arca Budha sekarang. Dahulu, arca
Budha dilambangkan dengan stambha. Stambha adalah tiang-tiang bulat yang dibuat
dari satu batu (monolith). Stambha yang didirikan atas perintah Raja Asoka
tingginya +/- 13 m, penampang bagian bawahnya +/- 2 m, kepalanya berwujud
seperti bunga latus yang di atasnya biasa dibuatkan patung singa sebagai
lambang Budha.
Pada
zaman Kusuna/Gandara, sekitar 100 tahun sebelum Masehi, seni rupa India
terpengaruh gaya Yunani dan Romawi. Kesenian India zaman Gandhara ini
berpengaruh lama dikemudian hari. Bermula dari perusahaan dagang yang luas
antara India dan daerah-daerah se-Romawi. Salah satu jenis barang perdagangan
yang memengaruhi masyarakat India mencipta kesenian adalah peralatan rumah
tangga. Peralatan rumah tangga yang dimaksud adalah vas, mangkuk, piring, dan
lain sebagainya yang terpengaruh oleh kesenian Yunani dan bergaya Romawi.
Pemahat-pemahat Gandhara kemudian menirunya, namun dasar dan intinya tetap
bersifat India.
Jika
pada zaman Asoka dibuat stambha sebagai lambang Budha maka pada zaman Gandhara
ini muncul atau dibuat stupa dan patung Budha. Berikut gambaran patung Budha
menurut Saripin (1960):
·
Gaya Gandhara (+/- 100 SM)
1.
Ushnisha yang menjulang di kepala,
2.
Urna yang terletak di kening dan sering
dipasangi permata,
3.
Telinga panjang, dan
4.
Lehernya bergaris-garis yang membatasi
lipatan kebahagiaan.
Sementara
pengaruh seni Yunani yang nampak pada patung Budha tersebut sebagai berikut:
1.
Air muka/mimik patung Budha mirip dengan
air muka Apollo,
2.
Lipatan jubah yang meliputi badannya
dipahat naturalistis. Biasanya bahu kanan tidak berselubung,
3.
Dibelakang kepalanya dibuatkan nimbus
sebagai lambang api kesucian. Nimbus Apollo tidak memmakai perhiasan,
4.
Sikapnya masih seperti sikap orang yang
duduk di kursi. Sikap-sikap lainnya: berdiri atau bersila. Patung ada yang
diberi warna. Kulit badannya dipulas kuning keemas-emasan, rambutnya biru, dan
jubahnya oranye.
·
Gaya Gupta (abad IV M)
1.
Duduknya selalu bersila,
2.
Ushnishanya hampir-hampir tak dapat
dikenal,
3.
Lipatan-lipatan jubahnya tak dibuat
naturalistis, melainkan dijadikan perhiasan yang sering tak kelihatan,
4.
Roman mukanya menjadi roman muka orang
India,
5.
Kedua tangannya dibuat di dalam sikap
yang tertentu (mudra yang menjadi suatu lambang),
6.
Nimbusnya penuh perhiasan,
7.
Kaki kanan menumpang pada kaki kiri.
Patung Budha
bergaya Gupta ini didukung dengan pernyataan Coedes (2010: 82) bahwa di Champa
ditemukan patung Budha bergaya Gupta terbuat dari perunggu dan kemungkinan
dibawa dari India yang boleh jadi berasal dari abad IV M.
Pada masa Asoka
agama Budha sudah tersebar sampai wilayah Cina dan Asia Tenggara, sekarang. Maka
dalam perkembangannya, patung Budha juga mengalami persebaran ke wilayah Cina
dan Asia Tenggara. Seperti halnya di India, patung Budha di Cina dan Asia
Tenggara juga mengalami penyesuaian. Berikut beberapa gambar patung budha di
India, beberapa negara Asia Tenggara dan beberapa negara Asia Timur.
Patung
Budha di Bodhgaya, India
Patung
Budha di Borobudur, Indonesia
Patung
Budha tidur di Trowulan, Indonesia
Patung
Budha di Bangkok, Thailand
Patung
Budha di Thailand
Monywa
Budha, Patung Budha tidur di Myanmar
Patung
Budha di Taiwan
Patung
Budha di Jepang
Kamakura,
Patung Budha di Jepang
Patung
Budha di Korea
Patung
Budha di Korea
Kita dapat melihat penyesuaian patung Budha dari
foto-foto di atas. Patung Budha India memiliki roman muka orang India yang
bermata lebar, hidung panjang dan lurus, dan bibir tebal. Pada patung Budha di
sebagian negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Thailand, dan Myanmar memiliki
roman muka yang hampir sama, yaitu bermata bulat, hidung kecil, bibir mungil
yang tidak tebal dan tidak tipis. Roman muka Budha di wilayah Asia Timur juga
mirip, yaitu bermata sipit, hidung pesek, dan bibir mungil dan lebih tipis.
Perbedaan karena penyesuaian lainnya dapat kita
lihat pada atribut patung Budha. patung Budha di Thailand nampak memiliki
ushnisha yang lebih panjang dibanding patung Budha di negara-negara lainnya.
Sementara Patung Budha di Jepang tidak memiliki ushnisha dan ada yang diberi
nimbus ada yang tidak. Patung Budha di Taiwan, ushnishanya tidak terlalu
terlihat. Sedangkan Patung Budha di Korea memiliki nimbus yang dihias
sedemikian rupa. Patung Budha di Indonesia sendiri umumnya hampir sama dengan
patung Budha di India.
Kesimpulan
Perkembangan
gaya seni arca Budha mendapat pengaruh dari zaman Romawi. Namun, tidak serta
merta meniru gaya seni patung-patung romawi. Arca Budha tetap memiliki ciri
khas kesenian India. Hal ini dapat dilihat pada roman muka Budha. Di daerah
persebaran agama Budha, Cina dan Asia Tenggara, arca Budha juga mengalami
penyesuaian. Penyesuaian utama tetap pada roman muka Budha. Roman muka Budha
disesuaikan dengan roman muka penduduk setempat. Namun hal ini tidak merubah
isi dari pada ajaran Budha itu sendiri. Selain itu juga terdapat penyesuaian
pada atribut patung budha. atribut yang berbeda misalnya ushnisha Budha, nimbus,
dan lipatan pada jubah Budha yang dapat dijadikan hiasan tak terlihat.
Rujukan
Saripin,
S. 1960. Sedjarah Kesenian Indonesia.
Jakarta: PRADNJAPARAMITHA.
Coedes,
G. 2010. Asia Tenggara Masa Hindu-Budha,
terjemahan. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
Arifin,
D. 1986. Sejarah Seni Rupa. Bandung:
CV ROSDA.
www.google.com