Kamis, 20 Desember 2012

GERAKAN MESSIANISME MOERAKAT TAHUN 1924 DI MODJOKERTO

by. Indah Kiki Yuliana


ABSTRAK: Messianisme merupakan suatu konsep atau pemikiran dari masyarakat bahwa akan datang seorang juru selamat yang bisa melepaskan dari penderitaan dan membawa kesejahteraan untuk kedepannya. di masyarakat Jawa terkenal dengan Ratu Adil dan satrio Piningitnya. Selain itu, ada juga Messiah sebutan agama Yahudi yang intinya sama merupakan juru selamat. Di agama Yahudi juga percaya bahwa Nabi Musa merupakan penyelamatnya, Kriten percaya bahwa Yesus merupakan juru selamtanya juga sedangkan Islam percaya Imam Mahdinya.
       Konsep Messianisme ini pernah ada di Mjokerto sekitar tahn 1924 saat kedatangan seorang tohoh dari Afdeeling Djombang yang bernama Moerakat dalam membantu mengentaskan penderitaan penduduk Modjokerto akibat Belanda. Penduduk Modjokerjo menganggap bahwa Moerakat merupakan juru selamat mereka dalam membantu mengusir dan melakukan resistensi untuk Belanda agar tidak mengeksploitasi Sumber Daya alam dan Manusianya yang berupa tanah dan tenaga kerja atau buruh untuk perkebunannya. Konsep Messianisme ini masuk dalam gerakan yang dipelopori oleh Moerakat tahun 1924 yang disebut Gerakan Moerakat dengan basis keagamaan sebagai usaha dalam pengusiran  Belanda dengan sistem perkebunannya yang merugikan penduduk, tetapi secara ekonomi daerah sudah cukup baik.
Kata Kunci: Messianisme, Moerakat, Sistem Perkebunan

       Belanda datang ke Indonesia (nama Indonesia setelah keputusan Sumpah Pemuda 1928) pada awalnya hanya berkeinginan berdagang dan mencari daerah penghasil rempah-rempah dengan bendera kongsi dagangnya yakni VOC 1602. Kemudian lambat laun, Belanda juga menjadikan negara Indonesia bagian dari wilayah kekuasaan atau expansinya yakni sebagai Negara Hindia Belanda dikarenakan banyak aset penting dan bernilai harga tinggi yang tersimpan di Indonesia, dan hal ini dimanfaatkan Belanda untuk mengisi kas negara yang sedang kosong ketika itu.
       Kekuasaan Belanda di negara jajahannya ini terbilang sangat significant dan hampir meluas kearah apa yang disebut eksploitasi. Eksploitasi yang dilakukan oleh pihak Belanda tidak hanya pada satu hal saja yakni Sumber Daya Alam Indonesia, melainkan juga mengarah kepada eksploitasi Sumber Daya Manusia yang berakibat penurunan kondisi mental, ketidaksejahteraan, dan penderitaan. Semua wilayah yang berada di Jawa terkena langsung dampak kekuasaan Belanda diantaranya Wilayah Jawa Timur wilayah yang letaknya di sepanjang aliran Sungai Brantas yang salah satunya adalah wilayah Modjokerto dan diantaranya adalah Kediri, Tulungagung, Blitar, Malang, Pasuruan, Djombang, dan Surabaya.
       Kondisi Jawa dilihat dari keadaan ekonomi dan lokasinya yang sangat strategis merupakan daerah yang  paling diincar oleh Belanda dalam melakukan perpolitikannya yakni mengubah tatanan perekonomian di Jawa dengan sistem perkebunan atau permulaan tanaman komerisal di Indonesia. Kota-kota yang dijadikan sebagai daerah perpolitikan Belanda di Jawa diantaranya adalah Batavia dan Banten (Jawa Barat), Surakarta dan Yogyakarta (Jawa Tengah), Malang, Pasuruan, Probolinggo, Surabaya, dan juga Modjokerto (Jawa Timur). Perpolitikan Belanda ini berupa pengenalan dan pembukaan lahan perkebunaan untuk tanaman komersial sebagai pengganti sistem pertanian yang berlaku di Jawa. Di Modjokerto, Belanda juga melakukan hal sama yakni masuk ke dalam wilayah Modjokerto dan menguasainya dengan cara memperkenalkan tanaman komersial pengganti tanaman pokok biasa sebagai langkah awal pembukaan perkebunan di Modjokerto. Hal ini berarti membawa pengaruh atas perubahan sistem pertanian menjadi perkebunan di wilayah Modjokerto. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada bagian kelembagaan yang menaungi sistem pertanian di Modjokerto tetapi mendalam ke arah sistemnya yang akhirnya kinerja lembaga tradisional sebelumnya mulai sedikit demi sedikit tersingkir. Akhirnya sistem kelembagaan modern menjadi penyokong utama.
       Afdeeling Modjokerto merupakan daerah subur yang berada di aliran Sungai Brantas. Afdeeling Modjokerto merupakan wilayah yang dekat dengan Afdeeling Djombang. Kedua Afdeeling ini merupakan daerah yang menjadi incaran atau perhatian Belanda setelah Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Surabaya. Afdeeling Modjokerto yang letaknya strategis berada di aliran Sungai Brantas ini ternyata membawa dampak positif bagi kesuburan tanah di Modjokerto. Tidak hanya karena dekat dengan aliran sungai saja, Modjokerto juga menyimpan beberapa faktor penunjang kondisi alam yakni dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah dan dataran tinggi yang subur dan merupakan aset penting yang juga dimilki oleh Afdeeling Modjokerto lebih banyak digunakan sebagai lahan pertanian oleh penduduk sekitar. Lahan yang subur diperkirakan bisa membawa berkah bagi para penduduk jika bisa menanam tanaman yang cocok untuk daerah subur ini yang diantaranya adalah padi sebagai komoditi tanaman pokok bagi berlangsungnya kehidupan di Modjokerto.
       Ketika Belanda masuk di Modjokerto lahan yang semula pertanaian diubah secara total oleh Belanda sebagai lahan perkebunan yang komoditi (tanaman komersial) pentingnya adalah tebu. Dengan adanya lahan perkebunan di daerah Modjokerto membuktikan bahwa ini merupakan awal perkebunan ada di Modjokerto. Lahan perkebunan sudah ada dengan ditambah faktor pendukung berupa saluran irigasi yang besar dari Sungai Brantas membuat berdirinya Industri yang basis utamanya memproduksi gula. Salah satu contohnya adalah Pabrik Gula Gempolkrep yang berada di Jl. Raya Gempolkrep, Gedeg, Modjokerto. Keadaan seperti ini sebenarnya memberikan dampak positif  bagi Modjokerto berupa semakin membaiknya kondisi ekonomi Modjokerto yang jauh lebih makmur dibanding dengan daerah lain di sekitarnya.

Messianisme di Belakang Gerakan Moerakat
       Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam budaya juga memiliki beraneka ragam agama. Keanekaragaman agama di Indoensia dibuktikan dengan adanya 5 agama resmi yang diakui oleh RI saat masa pemeintahan Presisen Abdurrahman Wahid (Gusdur) yakni Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu. Di samping keenam agama tersebut, Indonesia juga masih memiliki kepercayaan-kepercayaan lain yang dianggap sebagian kelompok/orang adalah agama mereka. Keagamaan yang berkembang di Indonesia kalau dilihat lebih mendalam dan spesifik tidak pernah lepas dengan hal-hal unik yang sifatnya irrasional dan jauh dari pikiran yang logis. Uniknya lagi keadaan ini tetap saja dilakukan oleh sebagian penduduk tersebut baik dari agama Islam, Kristen, katholik, Hindu, Buddha dan Konghuchu serta kepercayaan-kepercayaan yang lainnya.
       Konsep mengenai Messianisme dikalangan masyarakat mungkin tidak terlalu populer dan penting karena konsep ini jarang diketahui oleh masyarakat apalagi itu masyarakat yang awam akan dunia luar. Namun, jika konsep mengenai Messianisme ditelaah lebih mendalam ternyata mempunyai makna penting dalam perkembangan suatu agama di semua negara khususnya Indonesia sendiri. Messianisme merupakan suatu pemikiran yang dimana adanya suatu anggapan dan keyakinan akan datangnya sang Juru Selamat. Jika dikaitkan dengan Ratu Adil, Messiah, dan Satrio Piningit memiliki inti ajaran yang sama yakni akan ada seorang yang membebaskan manusia dari penderitaan dan membawa perubahan bagi kehidupan penduduk jauh lebih baik ke depannya. Konsep Messianisme perkembangannya diawali di pemikiran agama-agama besar di dunia yakni Islam, Kristen (Nasrani), dan Yahudi dengan cara penyampaiannya lebih eksplisit (tersembunyi).
        Kristen (Nasrani) penah memaparkan bahwa konsep Messianisme ada dalam agama tersebut salah satu contohnya adalah menyakini akan datangnya seorang juru selamat yang ditafsirkan itu ada Isa Almasih (Yesus Kristus). Yesus Kristus tidak hanya sebagai seorang rasul pembawa wahyu, tetapi ia juga disebut sebagai juru selamat bagi kehidupan kaum Nasrani (Kristen). “Karena kewargaan kita adalah di dalam Sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai juru selamat (Filipi, 3:20)” dan dengan menantikan penggenapan penghargaan kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang Maha besar dan Juru selamat kita Yesus Kristus (Titus, 2: 13). Kedua surat dari kitab Injil tadi membuktikan akan ada juru selamat yang membantu manusia selain Tuhan Yang Maha Esa sendiri. Selain itu juga ada suatu pemaparan lagi mengenai akan munculnya pengganti Yesus Kristus untuk hari esok yang akan datang dengan nama Parakletos (Paraclet) sebagai pemimpin masa depan selanjutnya. Nah kesimpulannya bahwa di agama Kristen sekalipun juga mengenal konsep Messianisme dalam kehidupan.
       Agama  kedua adalah Yahudi yang merupakan salah satu agama kecil yang berisi orang-orang dengan intelekual tinggi (cerdas) yang konon ini sudah tergambar dalam ayat Al-Qur’an dalam Islam. Agama Yahudi juga mempercayai bahwa akan ada juru selamat bagi kehidupan mereka. Ketika dulu Fir’aun ingin menghancurkan kehidupan Bani Israel, disitu Bani Israel mempercayai bahwa akan datang juru selamat dunia yang bernama Musa a.s.  Musa a.s datang di tengah-tengah Bani Israel berusaha mengentaskan penderitaan Bani Israel dari tangan Fir’aun. Kepercayaan akan datangnya Musa a.s  sebagai “juru selamat Israel” (savior of Israel) memang sudah ada  dalam Kitab Talmud dan perjanjian mereka. Selain itu, akan datang juru selamat masa depan Israel dengan penyebutan nya adalah Manahem” yang bererati “Penghibur” sebagai pengganti dari Nabi Musa as. Kepercayaan akan datangnya juru selamat jika ikaitkan dengan konsep Messianisme/Ratu Adil/Satrio Piningit mempunyai kesamaan pada inti atau makna. Kedatangan Manahem” ini dianggap sebagai seorang penebus atau pahlawan masa depan Israel.
Ketiga adalah agama Islam yang  konon juga mempercayai  bahwa akan ada juru selamat masa depan (Messianisme). Di kebudayaan Jawa  pernah menegnal konsep Ratu Adil dan Satro Piningit. Ratu Adil hampi ada kesamaan dengan Messianisme yang dianggap orang jawa akan ada penyelamat dan itu adalah Pangeran Diponegoro. Ini membuktikan bahwa memang benar akan ada juru selamat masa depan. Agama Islam juga mengenal ini dengan konsep Mahdiisme, yakni berisi keimanan akan datangnya Al-mahdi yang dijanjikan dalam Islam, didasarkan pada pandangan tentang masa depan Islam, umat manusia dan dunia. Imama Mahdi ini konon akan datang ketika menjelang hari kiamat yang masuk dalam tanda-tanda kiamat besar.  Imam Mahdi datang untuk menyelamatkan manusia dari penindasan suatu kaum atau rejim. Di Jawa tepatnya di Afdeeling Mojokerto pernah terjadi gerakan yang seperti ini adanya anggapan juru selamat yang membantu melepaskan dari suatu rezin yang saat itu dipegang oleh Belanda/Kolonial agar dapat lepas dari kerugian dan penderitaan. Gerakan ini dipimpin oleh seorang tokoh dari Afdeeling Djombang Distrik Ngoro bernama Moerakat. Masyarakat menganggap bahwa ini merupakan juru selamat mereka dari tindakan Belanda yang sudah banyak merugikan dan menciptakan penderitaan penduduk Modjokerto.
       Messianisme tidak hanya diartikan sebagai kehadiran sang penebus atau ratu adil, tetapi juga bermakna sebagai suatu konsep atau pemikiran yang dapat mempengaruhi tindakan manusia pada zamannya. Pemikiran ke masa depan, dalam bentuk ramalan ramalan dan pengharapan, bukan sesuatu yang bersifat pasif kepada seseorang yang diyakini sebagai juru selamat segala kaum.

Gerakan Moerakat 1924
       Masuknya perkebunan di wilayah Mojokerto disamping sudah merubah tatanan penduduk yang ada juga berpengaruh terhadap pendapatan serta program pajak yang dicanagkan oleh pihak Belanda. Masuknya perkebunan di Mojokerto secara eksplisit memang menimbulkan dampak positif yang mana penduduk selain bekerja sebagai petani mereka juga bekerja sebagai buruh di perkebunan milik Belanda. Namun, secara implisit kedatangan Belanda dengan memperkenalkan tanaman komersil ini (perkebunan) membuat penduduk semakin miskin, menderita, dan kesejahteraannya kurang dikarenakan pajak yang ditetapkan di atas rata-rata normal. Ini membuat penduduk menderita lahir dan batin. Penderitaan mereka tercermin karena ketidakpuasaan para petani yang semula bekerja di sektor pertanian berubah menjadi seorang buruh di sektor perkebunan bawaan orang Belanda. Mereka merasa terpojokkan oleh sikap Belanda yang mencuri lahan pertanian mereka untuk dijadikan perkebunan dengan cara-cara modern yang tidak banyak diketahui oleh penduduk.  Hal ini yang menegaskan banyak mantan petani yang menderita karena ulah Belanda.
       Afdeeling Mojokerto merupakan daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Hal ini ditunjang dengan tingkat kesuburan tanah dan daya irigasi besar dari Sungai Brantas. Dengan adanya perkebunan-perkebunan tebu tersebut memunculkan suatu kebijakan baru yang mana setiap penduduk bisa memperoleh penghasilan tambahan jika bekerja di perkebunan-perkebunan tersebut. Jadi penduduk tidak hanya mengandalkan penghasilan dari satu bidang utama saja yakni dari hasil pertanian. Masuknya perkebunan tebu di wilayah yang dulunya hanya berupa lahan pertanian saja menimbulkan munculnya buruh perkebunan.
       Buruh perkebunan yang mayoritasnya adalah penduduk yang dulunya petani, ternyata berada di bagian bawah sendiri dalam stratifikasi sosial. Karena untuk tingkatan yang paling atas dipegang oleh pedatang yakni orang Eropa (Belanda) yang telah membawa masuk perkebunan di wilayah Mojokerto serta menduduki jabatan dipemerintahan dan penguasaha perkebunan. Sedangkan untuk orang Timur Asing yang didominasi oleh Cina, sebagaian kegiatan utamanya yakni berdagang entah itu Sutra, keramik, dan lain-lainnya.
       Meskipun ekonomi di Afdeeling Mojokerto sudah bisa dikatakan relatif baik daripada daerah lainnya, tetapi tidak bisa menjanjikan kedepannya yang mana keadaan dan kesejahteraan rakyatnya sangat tragis dan jauh dari yang namanya kemakmuran. Hal ini disebabkan oleh membludaknya jumlah penduduk saat itu sekitar tahun 1924 yang tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja sebagai buruh perkebunan, nilai mata uang yang menurun drastis dan peraturan adanya beban pajak diatas rata-rata yang harus ditanggung oleh penduduk dan itu membuat keadaan semakin ricuh di Afdeeling Mojokerto. Selain pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja sebagai buruh perkebunan, penduduk di Afdeeling Mojokerto juga menyewakan tanah kepada perkebunan dan hasilnya dipergunakan untuk membayar pajak kepada pemerintahan Belanda (Kolonial).
       Dari kejadian yang dialami oleh penduduk di Afdeeling Mojokerto yang dampaknya lebih banyak ke arah negatif seperti keadaan dan kesejahteraan penduduk sangat tragis, kehidupan tidak tentram lagi, dan penurunan kondisi mental akibat beban pajak yang diatas rata-rata membuat penduduk menjadi geram dan ingin mengakhiri semua rezim yang dilakukan oleh Belanda ini. Di waktu yang sama pula di Jawa telah berkembang agama Islam, tetapi masih dipadukan dengan kebudayaan sebelumnya yang biasanya dikenal dengan sebutan Islam abangan dan juga berkembang pemahaman tentang datangnya Ratu Adil, yang dapat membawa penduduk kepada kondisi lebih baik daripada masa itu dalam segala hal.
       Pemahaman Ratu Adil sering kita kaitkan dengan ideologi atau pengaruh dari Pangeran Diponegoro yang meganggap dirinya adalah Seorang Juru Selamat bagi penduduknya di kala itu ketika melawan Belanda. Ideologi yang dipakai oleh Pangeran Diponegoro ini berpengaruh besar hingga menyebar di Wilayah Timur Jawa sekitar daerah Madiun, Nganjuk, dan Kediri. Pemahaman mengenai Ratu Adil mulai kembali muncul khususnya di Mojokerto sekitar tahun 1924 setelah pudar tahun 1825-1830 masa Pangeran Diponegoro saat melawan Belanda di Peristiwa Perang Jawa.
       Seorang Juru Selamat memang benar datang di Modjokerto tahun 1924 namun dalam bentuk yang berbeda yang dimana disebut dengan Messianisme/Messianistik. Messianisme merupakan Gerakan yang dimana adanya suatu anggapan dan keyakinan akan datangnya sang Juru Selamat atau Ratu Adil yang akan membawa perubahan bagi kehidupan penduduk. Gerakan Messianisme yang ada di Mojokerto berupa pemberian kritik dan reaksi sosial jangka panjang yang dilancarkan oleh suatu kelompok yang mendapat tekanan dan ketidakadilan yang dilakukan kekuasaan dari luar atau kelompok sosial yang mendominasi  yakni Belanda/Kolonial sewaktu itu.
       Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan yang berbasis keagaamaan yang sifatnya menolak akan kekuasaan dari Belanda/Kolonial yang ada di Mojokerto yang dianggap sdudah merugikan penduduk.  Gerakan ini dianggap gerakan yang menyesatkan karena membawakan suatu ideologi yang menyimpang dari ajaran Islam sesungguhnya yakni mengganggap adanya juru selamat yang itu bukan Tuhan, tapi manusia yang menganggap bisa membantu mengentaskan kejadian yang ada di Mojokerto. Pada dasarnya hal yang dilakukan oleh sekelompok orang ini baik dan benar karena berusaha mengusir dan menghentikan seluruh kinerja Belanda dalam memimpin perkebunan di Mojokerto. Namun, yang disayangkan gerakan ini merupakan gerakan keras, frontal dan radikal serta gerakan yang membawa efek negatif bagi kehidupan Islam.
       Munculnya gerakan Moerakat ini pada awalnya ada laporan dari Karesidenan Soerabaja yakni W.P Hillen kepada Gubernur Jenderal D Fock sekitar kurang lebih tahun 1923 mengenai seorang penduduk biasa yang berasal dari Afdeeling Djombang Distrik Ngoro bernama Moerakat. Moerakat ini selama hampir 15 tahun menghilang dari kawasan Djombang dan Modjokerto guna mencari ilmu (ngelmu) di daerah Banyuwangi dengan menjadi seorang petapa. Keadaan yang terpaut jauh tersebut Moerakat memanfaatkan untuk mencari suatu wahyu yang menjadikan dia bisa membimbing masyarakat yang membutuhkan bantuannya.
Setelah itu dia kembali ke Djombang yang merupakan daerah asalnya, tetapi tidak tinggal di Djombang lagi. Moerakat tinggal di Modjokerto yang diperkirakan tinggal di rumah pamannya. Moerakat tinggal di Modjokerto karena alasan ingin membebaskan rakyat Modjokerto dari Belanda yang sudah menjadikan penduduk Modjokerto sengsara dan menderita akibat sistem pekerjaan menjadi buruh perkebunan yang mereka terapkan dengan pajak yang dijatuhkan oleh setiap penduduk jumlahnya diatas rata-rata.

       Moerakat awalnya memulai gerakannya dengan halus dan pasti mengumpulkan sekitar 80 orang dan berpesan untuk menjalankan ibadah karena kiamat sudah mulai dekat. Moerakat menyarankan untuk mengutamakan Ibadah yang ditujukan untuk  Tuhan Yang Maha Esa karena kehidupan akan mengalami kehancuran. Moerakat juga menjelaskan bahwa sebentar lagi akan ada gangguan yang berupa sekelompok Banteng. Menurut Moerakat Banteng-Banteng itu adalah inkarnasi dari malaikat yang akan memberi hukuman kepada orang yang lalai dalam menjalankan ibadah. Moerakat juga menjelaskan bahwa barang siapa yang menjalani ibadah dengan baik seperti dirinya, maka akan dapat menjadi Ratu Adil. Moerakat juga pernah mengaku sebagai Imam Mahdi. Moerakat juga memberitakan bahwa dunia akan menjadi gelap selama 3 sampai 7 hari, dimana dalam kegelapan itu akan tampak Betalmukadas (Medina) dan disitulah ia akan dinobatkan menjadi raja. Menjelaskan kepada para pengikutnya yang berjumlah 80 orang tadi, Moerakat mengandaikan bahwa untuk kondisi di Modjokerto ini Banteng-banteng penghancuran yang dimaksud tersebut merupakan orang Belanda yang ingin menguasai perekonomian Modjokerto dengan sistem pertanian masyarakat lokal dengan sistem perkebuanan ala barat yang berupa tanamana komersial salah satunya berupa tebu.  
       Dengan ini Moerakat terus berupaya melakukan perhatian-perhatian khusus terhadap masyarakat yang ingin menjadi pengikutnya untuk melawan pemerintahan Belanda di Afdeeling Modjokerto ketika tahun 1924. Hal ini menarik perhatian dari Karesidenan Soerabaja yang sewaktu itu di bawah pimpinan W.P Hillen untuk menuliskan sebuah arsip mengenai gerakan Moerakat yang dianggap gerakan yang berani melakukan resistensi terhadap Belanda dengan cara-cara keagamaan yang dipergunakan. Ideologi yang dibawa oleh Moerakat berhasil mendoktrin penduduk Modjokerto untuk berani berjuang menegakkan agama dengan menghilangkan aura negatif berupa banteng-banteng kehancuran dan kegelapan dunia (Modjokerto) yang saat itu diibaratkan adalah Belanda. Gerakan ini berhasil digunakan dalam melawan Belanda di Modjokerto. Munculnya kembali Moerakat di Modjokerto tahun 1924 dianggap seluruh penduduk Modjokerto bisa membantu memecahkan masalah dan penderitaan yang sedang mereka hadapi. Masalah yang sedang mereka hadapi ini adalah krisis perekonomian meskipun secara umum Modjokerto merupakan kota yang jauh lebih baik dari daerah sekitar dan kesejahteraan penduduk nol akibat ulah dari Belanda yang mencanangkan sistem perkebunan dan merekrut mereka menjadi buruh perkebunan dengan gaji standar namun membebani mereka dengan pajak yang diatas rata-rata. Pemerintahan yang dijalankan oleh Belanda lebih menekankan kepada eksploitasi tanah dan buruh (tenaga kerja). Hal ini dianggap masyarakt tidak menambah kesejahteraan atau kemakmuran melainkan malah menambah keterpurukan. Ketika saat-saat seperti itu pasti masyarakat lebih cenderung untuk menemukan jawaban yang irrasional dengan berharap akan datangnya juru selamat yakni Moerakat tersebut.
       Resistensi atau pergerakan yang dilakukan oleh para buruh perkebunan yang semula merupakan petani tersebut merupakan tindakan yang dilakukan karena sudah terlalu dirugikan oleh Belanda. Ini dilakukan secara kolektif dan dengan menggunakan kekuatan yang jauh lebih besar dan terstruktur. Atas hal tersebut status kepemimpinan dari seorang sangat diperlukan untuk bisa mendorong terarahnya aksi protes dalam melakukan gerakan menolak Belanda menguasai tanah dan tenaga kerja bagi penduduk Modjokerto. Pemimpin yang bisa menjadi otak belakang sebuah resitensi hebat biasanya berasal dari orang yang mempunyai status/kedudukan tinggi dalam suatu masyarakat, seperti counter elite, kepala desa, tokoh agama atau masyarakat kebanyakan yang mempunya kelebihan-kelebihan tertentu seperti ilmu atau kekuatan. Orang yang menjadi pemimpin tersebut mempunyai otoritas penuh yang sumbernya dari wibawa dan kharisma yang dimiliki.
       Hal tersebut yang bisa dijadikan sebuah alat dalam menarik banyak pengikut agar bisa bergabung bersama. Kelebihan yang dimilki oleh seorang pemimpin ­menjadi alat utama dalam merekrut banyak pengikut, dan salah satu kelebihan yang dimiliki bisa berupa kekuatan fisik, kesaktian, pengaruh ideologi kuat dann berani atas segala resiko yang akan didapat, seperti yang dilakukan oleh Moerakat kepada 80 orang pengikutnya di Modjokerto dalam usaha melawan dominasi Belanda. Seorang pemimpin merupakan pelindung atau tameng bagi para pengikutnya dengan kenyakinan yang digunakan berupa ideologi (pandangan hidup atau dasar) yang menuntunya dalam melakukan berbagai tindakan dan perbuatan dalam membela pengikutnya (rakyat). Ideologi yang dimiliki kadangkala berlatar belakang keagamaan dari pemimpin tersebut, seperti Moerakat yang menganggap bahwa hal yang dilakukan ini sesuai dengan ajaran agama yang dia anut. Menganggap dirinya sebagai Imam Mahdi juru selamat kaum yang susah, yang itu adalah penduduk di Afdeeling Modjokerto. Para pemimpin seperti salah satunya adalah Moerakat memberikan perlindungan jika keadaan pengikutnya terancam oleh hal lain seperti Belanda yang sampai akhirnya dia rela ditangkap, diadili oleh pengadilan Negeri Modjokerto dan dianggap sebagai gerakan meyesatkan didalam keagamaan dan sampai serta dibawa ke Rumah Sakit Jiwa di Lawang karena dinggap orang yang sudah hilang akal sehat (gila).
       Resistensi yang dilakukan oleh penduduk di kawsan Afdeeling Mojokerto berupa penolakan dari masyarakat pedesaan (penduduk) terhadap pihak Belanda yang merupakan pendiri dari sistem perkebunan dan pabrik gula yang merugikan. Perkebunan masuk di kawasan Afdeeling Mojokerto beserta pabrik yang didirikan oleh Belanda bersifat mengancam tatanan tradisional dan kepentingan dari lembaga tradisonal yang ada di pedesaan atau Mojokerto. Gerakan yang dilakukan Moerakat seorang tokoh yang berasal dari Afdeeling Djombang ini lebih menunjukkan gerakan ingin melawan penguasa (Belanda) yang telah mengekstrasi tenaga, pangan dan pajak bagi para penduduk Afdeeling Mojokerto. para petani Gerakan ini lebih berbasis keagamaan yang terjadi karena desakan oleh ekspansi perkebunan yang semakin mempersempit lahat dan hajat hidup penduduk di Afdelling Modjokerto secara keseluruhan. Gerakan Moerakat yang ada di Afdeeling Modjokerto pernah masuk dalam wacana di surat kabar Belanda yakni di dalam HET WADERLAND dan ROTTERDAMSCH NIEUWSBLAD
“Het Arresteeren van geestdrijvers.
Een Aneta-telegram van 30 April aan net Va- derland meldde de arrestatie van een geestdrijver in het Modjokertosche.in het Modjokertosche. Daaromtrent lezen wij in de javabode, dat de man Moerakat heet en zich reeds geruimen tijd daar in de buurt ophield. Hij stelde zien voor als de aanstaande vorst Zapoedjagat en als Iman Mahdi, welke beide legendarische tigurcn zijn, die zoo af en toe aan de oprechte gelouvi gen verschijnen. Wijl de man zich niet stoorde aan de bevelen van de Inlandsche ambtenaren, om de geestdrijverij te staken, en een groot aantal volgelingen steeds meer onder zijn in vloed kwam, begaf de veldpolitie zich met 13 man naar bovengenoemde dessa en vond hem daar te midden van een verzameling van wel 100 mensehen. -De assistent wedono deed den man bij zich komen, hij werd toen beetgepakt en in een gereedstaanden auto naar Klodjokerto sgebracht. Tevens arresteerde de veldpolitie ze- keren Ambijat, een volgeling en propagandist van Morakat. Op 9 April was reeds gear- resteerd op verzoek van den resident van .Ma- dioen wegens andere feiten zekere Sonotroeno, die eveneens een werkzaam aandeel heeft .^nad in deze geestdrijverij” (Resident Van Soerabaja, 1924:3, HET WADERLAND) dan,

Geestdrijvers gesnapt
Aneta seint uit Soerabaja: Gisteren werd in cle dessa Plososari in de afdeeling Modjokerto de geestdrijver Moerakat met den propagandist Ambijah gearrs* teerden naar Modjokerto gebracht De oorzaak der arrestatie was het niet opvolgen van de bevelen der inlandsche ambtenaren en hun grooter wordende i° vloed op dc bevolking. Zij :.adden ruim 100 volgelingen, die echter en tegenstand boden” (C. Sijthoff, 1924:14, ROTTERDAMSCH NIEUWSBLAD).


Penutup
       Konsep Messianisme sudah ada dikalangan agama-agama besar yang pernah ada baik itu Islam, Hindu, Kristen, Yahudi, Buddha, Konghucu, maupun Kristen. Setiap agama pasti mempercayai dengan adanya konsep Messianisme tersebut. Konsep Messianisme dalam kenyataannya banyak versi dalam penyebutannya diantaranya Ratu Adil, Messiah, dan Satrio Piningit. Konsep ini terkesan irrasional karena mengganggap akan ada juru selamat semua kaum dari penderitaan yang sedang dialami dan ini pernah terjadi di Afdeeling Modjokerto saat penduduk mengalami penderitaan yang luar biasa akibat Belanda yang membuka sistem perkebunan menggantikan sistem pertanian penduduk Modjokerto. Belanda bersikap eksploitas terhadap Sumber Daya yang tidak Alam saja melainkan Manusianya. Merekrut para penduduk untuk bekerja sebagai buruh perkebunan dan dianggap oleh penduduk tersebut sebgai pekerjaan sampingan penambah pendapatan mereka. Namun, yang terjadi itu tidak sesuai dengan harapan. Para Buruh dituntut untuk selalu bekerja dan bekerja. Tanah yang semula merupakan tanah pertanian diubah oleh Belanda sebagai tanah perkebunan dengan tanaman komersialnya. Digaji tetapi tetap juga ditetapkan pajak yang cukup besar sehingga tidak bisa mensejahterakan kaum buruh atau penduduk meskipun secara keseluruhan untuk keadaan ekonomi di Modjokerto  lebih baik dari daerah sekitar.
       Keadaan ini yang menyebabkan penduduk Modjokerto berandai-andai akan ada seorang yang bisa menyelematkan dari rezim Belanda yang sudah menyebar di Modjokerto. Orang yang dimaksud itu adalah Moerakat sebagai juru selamat bagi penduduk Modjokerto dalam melakukan perlawanan yang berbasis keagamaan dengan mengaitkan dengan agama Islam yakni datangyan Imam Mahdi. Hal ini yang bisa dilakukan oleh Moerakat dalam melawan Belanda atau Kolonial dengan merekrut penduduk yang mau berjuang demi ibadah mereka dengan mengusir banteng-banteng penghancuran yakni Belanda dari tanah Modjokerto. Namun, yang disayangkan gerakan ini dianggap oleh Pengadilan Negeri Modjokerto sebgai ajaran atau gerakan yang menyesatkan tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianut masyarakat pada umumnya.


DAFTAR RUJUKAN

Munir, Misnal. 2010. Messianisme Dalam Perspektif Filsafat Sejarah (Online), (http://jurnal.filsafat.ugm.ac.id/index.php/jf/article/viewPDFInterstitial/39/35), dikases 23 Nopember 2012.
Pranoto, Suhartono W. 2010. Jawa (Bandit-Bandit Pedesaan) Studi Historis 1850-1942. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Prasetyo, Agus. 2011. Gerakan Messianistik Dalam Bingkai Sejarah (Mengambil Hikmah dari Gerakan Messianistik Keagamaan “Moerakat” di Mojokerto, (Online), (http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/01/gerakan-messianistik-dalam-bingkai-sejarah-mengambil-hikmah-dari-gerakan-messianistik-keagamaan-“moerakat”-di-mojokerto/), diakses 24 Nopember 2012.
HET WADERLAND (Online), diakses 23 Nopember 2012.
ROTTERDAMSCH NIEUWSBLAD (Online), diakses 23 Nopember 2012.

2 komentar: