by. Indah Kiki Yuliana
ABSTRAK: Messianisme merupakan suatu konsep atau pemikiran dari masyarakat bahwa akan datang
seorang juru selamat yang bisa melepaskan dari penderitaan dan membawa
kesejahteraan untuk kedepannya. di masyarakat Jawa terkenal dengan Ratu Adil
dan satrio Piningitnya. Selain itu, ada juga Messiah sebutan agama Yahudi yang intinya sama merupakan juru
selamat. Di agama Yahudi juga percaya bahwa Nabi Musa merupakan penyelamatnya,
Kriten percaya bahwa Yesus merupakan juru selamtanya juga sedangkan Islam
percaya Imam Mahdinya.
Konsep Messianisme ini pernah ada di Mjokerto sekitar tahn 1924 saat
kedatangan seorang tohoh dari Afdeeling Djombang yang bernama Moerakat dalam
membantu mengentaskan penderitaan penduduk Modjokerto akibat Belanda. Penduduk
Modjokerjo menganggap bahwa Moerakat merupakan juru selamat mereka dalam
membantu mengusir dan melakukan resistensi untuk Belanda agar tidak
mengeksploitasi Sumber Daya alam dan Manusianya yang berupa tanah dan tenaga
kerja atau buruh untuk perkebunannya. Konsep Messianisme ini masuk dalam gerakan yang dipelopori oleh Moerakat
tahun 1924 yang disebut Gerakan Moerakat dengan basis keagamaan sebagai usaha
dalam pengusiran Belanda dengan sistem
perkebunannya yang merugikan penduduk, tetapi secara ekonomi daerah sudah cukup
baik.
Kata Kunci: Messianisme, Moerakat, Sistem Perkebunan
Belanda datang ke Indonesia (nama
Indonesia setelah keputusan Sumpah Pemuda 1928) pada awalnya hanya berkeinginan
berdagang dan mencari daerah penghasil rempah-rempah dengan bendera kongsi
dagangnya yakni VOC 1602. Kemudian lambat laun, Belanda juga menjadikan negara
Indonesia bagian dari wilayah kekuasaan atau expansinya yakni sebagai Negara Hindia Belanda dikarenakan banyak
aset penting dan bernilai harga tinggi yang tersimpan di Indonesia, dan hal ini
dimanfaatkan Belanda untuk mengisi kas negara yang sedang kosong ketika itu.
Kekuasaan Belanda di negara jajahannya ini
terbilang sangat significant dan
hampir meluas kearah apa yang disebut eksploitasi. Eksploitasi yang dilakukan
oleh pihak Belanda tidak hanya pada satu hal saja yakni Sumber Daya Alam
Indonesia, melainkan juga mengarah kepada eksploitasi Sumber Daya Manusia yang berakibat penurunan kondisi mental, ketidaksejahteraan, dan
penderitaan. Semua wilayah yang berada di Jawa terkena langsung dampak
kekuasaan Belanda diantaranya Wilayah Jawa Timur wilayah yang letaknya di sepanjang
aliran Sungai Brantas yang salah satunya adalah wilayah Modjokerto dan
diantaranya adalah Kediri, Tulungagung, Blitar, Malang, Pasuruan, Djombang, dan
Surabaya.
Kondisi Jawa dilihat dari
keadaan ekonomi dan lokasinya yang sangat strategis merupakan daerah yang paling diincar oleh Belanda dalam melakukan
perpolitikannya yakni mengubah tatanan perekonomian di Jawa dengan sistem
perkebunan atau permulaan tanaman komerisal di Indonesia. Kota-kota yang
dijadikan sebagai daerah perpolitikan Belanda di Jawa diantaranya adalah
Batavia dan Banten (Jawa Barat), Surakarta dan Yogyakarta (Jawa Tengah),
Malang, Pasuruan, Probolinggo, Surabaya, dan juga Modjokerto (Jawa Timur).
Perpolitikan Belanda ini berupa pengenalan dan pembukaan lahan perkebunaan
untuk tanaman komersial sebagai pengganti sistem pertanian yang berlaku di Jawa.
Di Modjokerto, Belanda juga melakukan hal sama yakni masuk ke dalam wilayah Modjokerto
dan menguasainya dengan cara memperkenalkan tanaman komersial pengganti tanaman
pokok biasa sebagai langkah awal pembukaan perkebunan di Modjokerto. Hal ini
berarti membawa pengaruh atas perubahan sistem pertanian menjadi perkebunan di
wilayah Modjokerto. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada bagian kelembagaan
yang menaungi sistem pertanian di Modjokerto tetapi mendalam ke arah sistemnya
yang akhirnya kinerja lembaga tradisional sebelumnya mulai sedikit demi sedikit
tersingkir. Akhirnya sistem kelembagaan modern menjadi penyokong utama.
Afdeeling Modjokerto
merupakan daerah subur yang berada di aliran Sungai
Brantas. Afdeeling Modjokerto merupakan wilayah yang dekat dengan Afdeeling Djombang.
Kedua Afdeeling ini merupakan daerah yang menjadi incaran atau perhatian
Belanda setelah Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Surabaya. Afdeeling Modjokerto
yang letaknya strategis berada di aliran Sungai Brantas ini ternyata membawa
dampak positif bagi kesuburan tanah di Modjokerto. Tidak hanya karena dekat
dengan aliran sungai saja, Modjokerto juga menyimpan beberapa faktor penunjang
kondisi alam yakni dataran rendah dan dataran
tinggi. Dataran rendah dan dataran
tinggi yang subur dan merupakan
aset penting yang juga dimilki oleh Afdeeling Modjokerto lebih banyak digunakan sebagai lahan pertanian oleh penduduk sekitar. Lahan yang subur
diperkirakan bisa membawa berkah bagi para penduduk jika bisa menanam tanaman
yang cocok untuk daerah subur ini yang diantaranya adalah padi sebagai komoditi
tanaman pokok bagi berlangsungnya kehidupan di Modjokerto.
Ketika Belanda masuk di
Modjokerto lahan yang semula pertanaian diubah secara total oleh Belanda sebagai lahan perkebunan yang komoditi
(tanaman komersial) pentingnya adalah tebu. Dengan adanya
lahan perkebunan di daerah Modjokerto membuktikan bahwa ini merupakan awal
perkebunan ada di Modjokerto. Lahan perkebunan sudah ada dengan ditambah faktor
pendukung berupa saluran irigasi yang besar dari Sungai Brantas membuat
berdirinya Industri yang basis utamanya memproduksi gula. Salah satu contohnya
adalah Pabrik Gula Gempolkrep yang berada di Jl. Raya Gempolkrep, Gedeg, Modjokerto.
Keadaan seperti ini sebenarnya memberikan dampak positif bagi Modjokerto berupa semakin membaiknya kondisi
ekonomi Modjokerto yang jauh lebih makmur dibanding
dengan daerah lain di sekitarnya.
Messianisme di
Belakang Gerakan Moerakat
Indonesia
yang terdiri dari beraneka ragam budaya juga memiliki beraneka ragam agama.
Keanekaragaman agama di Indoensia dibuktikan dengan adanya 5 agama resmi yang
diakui oleh RI saat masa pemeintahan Presisen Abdurrahman Wahid (Gusdur) yakni
Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu. Di samping keenam agama
tersebut, Indonesia juga masih memiliki kepercayaan-kepercayaan lain yang
dianggap sebagian kelompok/orang adalah agama mereka. Keagamaan yang berkembang
di Indonesia kalau dilihat lebih mendalam dan spesifik tidak pernah lepas
dengan hal-hal unik yang sifatnya irrasional dan jauh dari pikiran yang logis.
Uniknya lagi keadaan ini tetap saja dilakukan oleh sebagian penduduk tersebut
baik dari agama Islam, Kristen, katholik, Hindu, Buddha dan Konghuchu serta
kepercayaan-kepercayaan yang lainnya.
Konsep
mengenai Messianisme dikalangan
masyarakat mungkin tidak terlalu populer dan penting karena konsep ini jarang
diketahui oleh masyarakat apalagi itu masyarakat yang awam akan dunia luar. Namun,
jika konsep mengenai Messianisme ditelaah
lebih mendalam ternyata mempunyai makna penting dalam perkembangan suatu agama
di semua negara khususnya Indonesia sendiri. Messianisme merupakan suatu pemikiran yang dimana adanya suatu anggapan dan keyakinan akan datangnya sang Juru Selamat. Jika dikaitkan dengan Ratu Adil, Messiah, dan Satrio Piningit
memiliki inti ajaran yang sama yakni akan ada seorang yang membebaskan manusia dari penderitaan dan membawa
perubahan bagi kehidupan penduduk jauh lebih
baik ke depannya. Konsep Messianisme perkembangannya
diawali di pemikiran agama-agama besar di dunia yakni Islam, Kristen (Nasrani),
dan Yahudi dengan cara penyampaiannya lebih eksplisit (tersembunyi).
Kristen
(Nasrani) penah memaparkan bahwa konsep Messianisme ada dalam agama tersebut
salah satu contohnya adalah menyakini akan datangnya seorang juru selamat yang ditafsirkan itu
ada Isa Almasih (Yesus Kristus). Yesus Kristus
tidak hanya sebagai seorang rasul pembawa wahyu, tetapi ia
juga disebut sebagai juru selamat bagi kehidupan kaum Nasrani (Kristen). “Karena kewargaan
kita adalah di dalam Sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus
Kristus sebagai juru selamat (Filipi, 3:20)” dan dengan menantikan penggenapan
penghargaan kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang Maha
besar dan Juru selamat kita Yesus Kristus (Titus, 2: 13). Kedua surat dari
kitab Injil tadi membuktikan akan ada juru selamat yang membantu manusia selain
Tuhan Yang Maha Esa sendiri. Selain itu juga ada suatu pemaparan lagi mengenai akan
munculnya pengganti Yesus Kristus untuk hari esok yang akan datang dengan nama Parakletos (Paraclet) sebagai pemimpin masa
depan selanjutnya. Nah kesimpulannya bahwa di agama Kristen sekalipun juga
mengenal konsep Messianisme dalam
kehidupan.
Agama kedua adalah Yahudi yang merupakan salah satu
agama kecil yang berisi orang-orang dengan intelekual tinggi (cerdas) yang
konon ini sudah tergambar dalam ayat Al-Qur’an dalam Islam. Agama Yahudi juga
mempercayai bahwa akan ada juru selamat bagi kehidupan mereka. Ketika dulu
Fir’aun ingin menghancurkan kehidupan Bani Israel, disitu Bani Israel mempercayai
bahwa akan datang juru selamat dunia yang bernama Musa a.s. Musa a.s datang di tengah-tengah Bani Israel
berusaha mengentaskan penderitaan Bani Israel dari tangan Fir’aun. Kepercayaan
akan datangnya Musa a.s sebagai
“juru selamat Israel” (savior of Israel) memang sudah ada dalam Kitab
Talmud dan perjanjian mereka. Selain itu,
akan datang juru selamat masa depan Israel dengan penyebutan nya adalah “Manahem”
yang bererati “Penghibur” sebagai pengganti dari Nabi Musa as. Kepercayaan akan
datangnya juru selamat jika ikaitkan dengan konsep Messianisme/Ratu Adil/Satrio Piningit mempunyai
kesamaan pada inti atau makna. Kedatangan
“Manahem” ini dianggap sebagai seorang penebus atau pahlawan masa
depan Israel.
Ketiga adalah agama Islam yang konon juga mempercayai bahwa akan ada juru selamat masa depan
(Messianisme). Di kebudayaan Jawa pernah
menegnal konsep Ratu Adil dan Satro Piningit. Ratu Adil hampi ada kesamaan
dengan Messianisme yang dianggap
orang jawa akan ada penyelamat dan itu adalah Pangeran Diponegoro. Ini
membuktikan bahwa memang benar akan ada juru selamat masa depan. Agama Islam
juga mengenal ini dengan konsep
Mahdiisme, yakni berisi keimanan
akan datangnya Al-mahdi yang dijanjikan dalam Islam, didasarkan pada pandangan
tentang masa depan Islam, umat manusia
dan dunia. Imama Mahdi ini konon akan datang ketika menjelang hari kiamat yang masuk
dalam tanda-tanda kiamat besar. Imam Mahdi datang untuk menyelamatkan manusia dari penindasan suatu kaum atau rejim. Di Jawa tepatnya di
Afdeeling Mojokerto pernah terjadi gerakan yang seperti ini adanya anggapan
juru selamat yang membantu melepaskan dari suatu rezin yang saat itu dipegang
oleh Belanda/Kolonial agar dapat lepas dari kerugian dan penderitaan. Gerakan
ini dipimpin oleh seorang tokoh dari Afdeeling Djombang Distrik Ngoro bernama
Moerakat. Masyarakat menganggap bahwa ini merupakan juru selamat mereka dari
tindakan Belanda yang sudah banyak merugikan dan menciptakan penderitaan
penduduk Modjokerto.
Messianisme
tidak hanya diartikan sebagai kehadiran
sang penebus atau ratu adil, tetapi juga bermakna sebagai suatu konsep atau pemikiran yang
dapat mempengaruhi tindakan
manusia pada zamannya. Pemikiran
ke masa depan, dalam bentuk ramalan ramalan dan pengharapan, bukan sesuatu yang
bersifat pasif kepada seseorang yang diyakini
sebagai juru selamat segala kaum.
Gerakan
Moerakat 1924
Masuknya perkebunan di wilayah
Mojokerto disamping sudah merubah tatanan penduduk yang ada juga berpengaruh
terhadap pendapatan serta program pajak yang dicanagkan oleh pihak Belanda.
Masuknya perkebunan di Mojokerto secara eksplisit memang menimbulkan dampak
positif yang mana penduduk selain bekerja sebagai petani mereka juga bekerja
sebagai buruh di perkebunan milik Belanda. Namun, secara implisit kedatangan
Belanda dengan memperkenalkan tanaman komersil ini (perkebunan) membuat
penduduk semakin miskin, menderita, dan kesejahteraannya kurang dikarenakan
pajak yang ditetapkan di atas rata-rata normal. Ini membuat penduduk menderita
lahir dan batin. Penderitaan mereka tercermin karena ketidakpuasaan para petani
yang semula bekerja di sektor pertanian berubah menjadi seorang buruh di sektor
perkebunan bawaan orang Belanda. Mereka merasa terpojokkan oleh sikap Belanda
yang mencuri lahan pertanian mereka untuk dijadikan perkebunan dengan cara-cara
modern yang tidak banyak diketahui oleh penduduk. Hal ini yang menegaskan banyak mantan petani
yang menderita karena ulah Belanda.
Afdeeling Mojokerto merupakan
daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan
buruh tani. Hal ini ditunjang dengan tingkat kesuburan tanah
dan daya irigasi besar dari Sungai Brantas. Dengan adanya perkebunan-perkebunan
tebu tersebut memunculkan suatu kebijakan baru yang mana setiap penduduk bisa
memperoleh penghasilan tambahan jika bekerja di
perkebunan-perkebunan tersebut. Jadi penduduk tidak hanya
mengandalkan penghasilan dari satu bidang utama saja yakni dari hasil
pertanian. Masuknya perkebunan tebu di wilayah yang dulunya
hanya berupa lahan pertanian saja menimbulkan munculnya buruh
perkebunan.
Buruh perkebunan yang
mayoritasnya adalah penduduk yang dulunya petani, ternyata berada di bagian
bawah sendiri dalam stratifikasi sosial. Karena untuk tingkatan yang paling
atas dipegang oleh pedatang yakni orang Eropa
(Belanda) yang telah membawa masuk perkebunan di wilayah
Mojokerto serta menduduki jabatan dipemerintahan dan penguasaha
perkebunan. Sedangkan untuk orang
Timur Asing yang didominasi oleh Cina, sebagaian
kegiatan utamanya yakni berdagang entah itu Sutra, keramik, dan lain-lainnya.
Meskipun ekonomi di Afdeeling Mojokerto sudah bisa dikatakan relatif baik daripada daerah
lainnya, tetapi tidak bisa menjanjikan kedepannya yang mana keadaan dan
kesejahteraan rakyatnya sangat tragis dan jauh dari yang namanya kemakmuran.
Hal ini disebabkan oleh
membludaknya jumlah penduduk saat itu sekitar tahun 1924 yang tidak sebanding
dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja sebagai buruh
perkebunan, nilai mata uang yang menurun drastis dan peraturan adanya beban pajak diatas rata-rata yang harus ditanggung
oleh penduduk dan itu membuat keadaan semakin ricuh di Afdeeling Mojokerto.
Selain pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja sebagai buruh perkebunan,
penduduk di Afdeeling Mojokerto juga menyewakan tanah kepada perkebunan dan hasilnya
dipergunakan untuk membayar pajak kepada
pemerintahan Belanda (Kolonial).
Dari kejadian yang dialami
oleh penduduk di Afdeeling Mojokerto yang dampaknya lebih banyak ke arah
negatif seperti keadaan dan kesejahteraan penduduk sangat tragis, kehidupan
tidak tentram lagi, dan penurunan kondisi mental akibat beban pajak yang diatas
rata-rata membuat penduduk menjadi geram dan ingin mengakhiri semua rezim yang
dilakukan oleh Belanda ini. Di waktu yang sama pula di Jawa telah berkembang agama Islam, tetapi masih dipadukan dengan kebudayaan
sebelumnya yang biasanya dikenal
dengan sebutan Islam
abangan dan juga berkembang pemahaman tentang
datangnya Ratu Adil, yang dapat membawa penduduk kepada kondisi lebih baik
daripada masa itu dalam segala hal.
Pemahaman Ratu Adil sering
kita kaitkan dengan ideologi atau pengaruh dari Pangeran Diponegoro yang
meganggap dirinya adalah Seorang Juru Selamat bagi penduduknya di kala itu
ketika melawan Belanda. Ideologi yang dipakai oleh Pangeran Diponegoro ini
berpengaruh besar hingga menyebar di Wilayah Timur Jawa sekitar daerah Madiun,
Nganjuk, dan Kediri. Pemahaman mengenai Ratu Adil mulai kembali muncul
khususnya di Mojokerto sekitar tahun 1924 setelah pudar tahun 1825-1830 masa
Pangeran Diponegoro saat melawan Belanda di Peristiwa Perang Jawa.
Seorang Juru Selamat memang benar datang
di Modjokerto tahun 1924 namun dalam bentuk yang berbeda yang dimana disebut
dengan Messianisme/Messianistik.
Messianisme merupakan Gerakan yang dimana adanya suatu anggapan dan keyakinan akan datangnya sang Juru Selamat atau Ratu
Adil yang akan membawa perubahan bagi kehidupan penduduk. Gerakan Messianisme yang ada di Mojokerto berupa pemberian kritik dan reaksi sosial jangka panjang yang dilancarkan oleh suatu kelompok yang mendapat tekanan dan ketidakadilan yang dilakukan kekuasaan dari luar
atau kelompok sosial yang mendominasi yakni Belanda/Kolonial sewaktu itu.
Gerakan yang dilakukan ini
merupakan gerakan yang berbasis keagaamaan yang sifatnya menolak akan kekuasaan
dari Belanda/Kolonial yang ada di Mojokerto yang dianggap sdudah merugikan
penduduk. Gerakan ini dianggap gerakan
yang menyesatkan karena membawakan suatu ideologi yang menyimpang dari ajaran
Islam sesungguhnya yakni mengganggap adanya juru selamat yang itu bukan Tuhan,
tapi manusia yang menganggap bisa membantu mengentaskan kejadian yang ada di
Mojokerto. Pada dasarnya hal yang dilakukan oleh sekelompok orang ini baik dan
benar karena berusaha mengusir dan menghentikan seluruh kinerja Belanda dalam
memimpin perkebunan di Mojokerto. Namun, yang disayangkan gerakan ini merupakan
gerakan keras, frontal dan radikal serta gerakan yang membawa efek negatif bagi
kehidupan Islam.
Munculnya gerakan Moerakat ini
pada awalnya ada laporan dari Karesidenan Soerabaja yakni W.P Hillen kepada
Gubernur Jenderal D Fock sekitar kurang lebih tahun 1923 mengenai seorang
penduduk biasa yang berasal dari Afdeeling Djombang Distrik Ngoro bernama
Moerakat. Moerakat ini selama hampir 15 tahun menghilang dari kawasan Djombang
dan Modjokerto guna mencari ilmu (ngelmu) di daerah Banyuwangi dengan menjadi
seorang petapa. Keadaan yang terpaut jauh tersebut Moerakat memanfaatkan untuk
mencari suatu wahyu yang menjadikan dia bisa membimbing masyarakat yang
membutuhkan bantuannya.
Setelah itu dia kembali ke Djombang yang merupakan daerah asalnya, tetapi
tidak tinggal di Djombang lagi. Moerakat tinggal di Modjokerto yang
diperkirakan tinggal di rumah pamannya. Moerakat tinggal di Modjokerto karena
alasan ingin membebaskan rakyat Modjokerto dari Belanda yang sudah menjadikan
penduduk Modjokerto sengsara dan menderita akibat sistem pekerjaan menjadi buruh
perkebunan yang mereka terapkan dengan pajak yang dijatuhkan oleh setiap
penduduk jumlahnya diatas rata-rata.
Moerakat awalnya memulai
gerakannya dengan halus dan pasti mengumpulkan sekitar 80 orang dan berpesan
untuk menjalankan ibadah karena kiamat sudah mulai dekat. Moerakat menyarankan
untuk mengutamakan Ibadah yang ditujukan untuk
Tuhan Yang Maha Esa karena kehidupan akan mengalami kehancuran. Moerakat juga menjelaskan bahwa sebentar lagi akan ada gangguan yang berupa
sekelompok Banteng. Menurut Moerakat Banteng-Banteng itu adalah inkarnasi dari
malaikat yang akan memberi hukuman kepada orang yang lalai dalam menjalankan
ibadah. Moerakat juga menjelaskan bahwa barang siapa yang menjalani ibadah
dengan baik seperti dirinya, maka akan dapat menjadi Ratu Adil. Moerakat juga pernah mengaku sebagai Imam Mahdi. Moerakat juga memberitakan bahwa dunia akan
menjadi gelap selama 3 sampai 7 hari, dimana dalam kegelapan itu akan tampak
Betalmukadas (Medina) dan disitulah ia akan dinobatkan menjadi raja. Menjelaskan kepada
para pengikutnya yang berjumlah 80 orang tadi, Moerakat mengandaikan bahwa
untuk kondisi di Modjokerto ini Banteng-banteng penghancuran yang dimaksud tersebut
merupakan orang Belanda yang ingin menguasai perekonomian Modjokerto dengan
sistem pertanian masyarakat lokal dengan sistem perkebuanan ala barat yang
berupa tanamana komersial salah satunya berupa tebu.
Dengan ini Moerakat terus berupaya
melakukan perhatian-perhatian khusus terhadap masyarakat yang ingin menjadi pengikutnya
untuk melawan pemerintahan Belanda di Afdeeling Modjokerto ketika tahun 1924. Hal
ini menarik perhatian dari Karesidenan Soerabaja yang sewaktu itu di bawah
pimpinan W.P Hillen untuk menuliskan sebuah arsip mengenai gerakan Moerakat
yang dianggap gerakan yang berani melakukan resistensi terhadap Belanda dengan
cara-cara keagamaan yang dipergunakan. Ideologi yang dibawa oleh Moerakat
berhasil mendoktrin penduduk Modjokerto untuk berani berjuang menegakkan agama
dengan menghilangkan aura negatif berupa banteng-banteng kehancuran dan
kegelapan dunia (Modjokerto) yang saat itu diibaratkan adalah Belanda. Gerakan
ini berhasil digunakan dalam melawan Belanda di Modjokerto. Munculnya kembali
Moerakat di Modjokerto tahun 1924 dianggap seluruh penduduk Modjokerto bisa
membantu memecahkan masalah dan penderitaan yang sedang mereka hadapi. Masalah
yang sedang mereka hadapi ini adalah krisis perekonomian meskipun secara umum
Modjokerto merupakan kota yang jauh lebih baik dari daerah sekitar dan
kesejahteraan penduduk nol akibat ulah dari Belanda yang mencanangkan sistem
perkebunan dan merekrut mereka menjadi buruh perkebunan dengan gaji standar
namun membebani mereka dengan pajak yang diatas rata-rata. Pemerintahan yang
dijalankan oleh Belanda lebih menekankan kepada eksploitasi tanah dan buruh
(tenaga kerja). Hal ini dianggap masyarakt tidak menambah kesejahteraan atau
kemakmuran melainkan malah menambah keterpurukan. Ketika saat-saat seperti itu
pasti masyarakat lebih cenderung untuk menemukan jawaban yang irrasional dengan
berharap akan datangnya juru selamat yakni Moerakat tersebut.
Resistensi atau pergerakan yang
dilakukan oleh para buruh perkebunan yang semula merupakan petani tersebut
merupakan tindakan yang dilakukan karena sudah terlalu dirugikan oleh Belanda.
Ini dilakukan secara kolektif dan dengan menggunakan kekuatan yang jauh lebih
besar dan terstruktur. Atas hal tersebut status kepemimpinan
dari seorang sangat diperlukan untuk bisa mendorong terarahnya aksi protes dalam
melakukan gerakan menolak Belanda menguasai tanah dan tenaga kerja bagi
penduduk Modjokerto. Pemimpin yang bisa menjadi otak belakang sebuah resitensi
hebat biasanya berasal dari orang yang mempunyai status/kedudukan tinggi dalam
suatu masyarakat, seperti counter elite, kepala desa, tokoh agama atau
masyarakat kebanyakan yang mempunya kelebihan-kelebihan tertentu seperti ilmu
atau kekuatan. Orang yang menjadi pemimpin tersebut mempunyai otoritas penuh
yang sumbernya dari wibawa dan kharisma yang dimiliki.
Hal tersebut yang bisa dijadikan sebuah
alat dalam menarik banyak pengikut agar bisa bergabung bersama. Kelebihan yang
dimilki oleh seorang pemimpin menjadi alat utama dalam merekrut banyak
pengikut, dan salah satu kelebihan yang dimiliki bisa berupa kekuatan fisik, kesaktian,
pengaruh ideologi kuat dann berani atas segala resiko yang akan didapat,
seperti yang dilakukan oleh Moerakat kepada 80 orang pengikutnya di Modjokerto
dalam usaha melawan dominasi Belanda. Seorang
pemimpin merupakan pelindung atau tameng bagi para pengikutnya dengan
kenyakinan yang digunakan berupa ideologi (pandangan hidup atau dasar) yang
menuntunya dalam melakukan berbagai tindakan dan perbuatan dalam membela
pengikutnya (rakyat). Ideologi yang dimiliki kadangkala berlatar belakang
keagamaan dari pemimpin tersebut, seperti Moerakat yang menganggap bahwa hal
yang dilakukan ini sesuai dengan ajaran agama yang dia anut. Menganggap dirinya
sebagai Imam Mahdi juru selamat kaum yang susah, yang itu adalah penduduk di
Afdeeling Modjokerto. Para pemimpin seperti salah satunya adalah Moerakat memberikan
perlindungan jika keadaan pengikutnya terancam oleh hal lain seperti Belanda
yang sampai akhirnya dia rela ditangkap, diadili oleh pengadilan Negeri
Modjokerto dan dianggap sebagai gerakan meyesatkan didalam keagamaan dan sampai
serta dibawa ke Rumah Sakit Jiwa di Lawang karena dinggap orang yang sudah
hilang akal sehat (gila).
Resistensi yang dilakukan oleh penduduk
di kawsan Afdeeling Mojokerto berupa penolakan dari masyarakat pedesaan (penduduk)
terhadap pihak Belanda yang merupakan pendiri dari sistem perkebunan dan pabrik
gula yang merugikan. Perkebunan masuk di kawasan Afdeeling Mojokerto beserta
pabrik yang didirikan oleh Belanda bersifat mengancam tatanan tradisional dan kepentingan
dari lembaga tradisonal yang ada di pedesaan atau Mojokerto. Gerakan yang dilakukan Moerakat seorang tokoh yang
berasal dari Afdeeling Djombang ini lebih menunjukkan gerakan ingin melawan
penguasa (Belanda) yang telah mengekstrasi tenaga, pangan dan pajak bagi para
penduduk Afdeeling Mojokerto. para petani Gerakan ini lebih berbasis keagamaan
yang terjadi karena desakan oleh ekspansi perkebunan yang semakin mempersempit
lahat dan hajat hidup penduduk di Afdelling Modjokerto secara keseluruhan. Gerakan
Moerakat yang ada di Afdeeling Modjokerto pernah masuk dalam wacana di surat
kabar Belanda yakni di dalam HET
WADERLAND dan ROTTERDAMSCH NIEUWSBLAD
“Het Arresteeren van geestdrijvers.
Een Aneta-telegram van 30 April
aan net Va- derland meldde de arrestatie van een geestdrijver in het
Modjokertosche.in het Modjokertosche. Daaromtrent lezen wij in de javabode, dat
de man Moerakat heet en zich reeds geruimen tijd daar in de buurt ophield. Hij stelde
zien voor als de aanstaande vorst Zapoedjagat en als Iman Mahdi, welke beide
legendarische tigurcn zijn, die zoo af en toe aan de oprechte gelouvi gen
verschijnen. Wijl de man zich niet stoorde aan de bevelen van de Inlandsche
ambtenaren, om de geestdrijverij te staken, en een groot aantal volgelingen
steeds meer onder zijn in vloed kwam, begaf de veldpolitie zich met 13 man naar
bovengenoemde dessa en vond hem daar te midden van een verzameling van wel 100
mensehen. -De assistent wedono deed den man bij zich komen, hij werd toen beetgepakt
en in een gereedstaanden auto naar Klodjokerto sgebracht. Tevens arresteerde de
veldpolitie ze- keren Ambijat, een volgeling en propagandist van Morakat. Op 9
April was reeds gear- resteerd op verzoek van den resident van .Ma- dioen
wegens andere feiten zekere Sonotroeno, die eveneens een werkzaam aandeel heeft
.^nad in deze geestdrijverij” (Resident Van Soerabaja, 1924:3, HET WADERLAND) dan,
“Geestdrijvers gesnapt
Aneta seint uit Soerabaja:
Gisteren werd in cle dessa Plososari in de afdeeling Modjokerto de geestdrijver
Moerakat met den propagandist Ambijah gearrs* teerden naar Modjokerto gebracht De
oorzaak der arrestatie was het niet opvolgen van de bevelen der inlandsche ambtenaren
en hun grooter wordende i° vloed op dc bevolking. Zij :.adden ruim 100
volgelingen, die echter en tegenstand boden” (C. Sijthoff, 1924:14, ROTTERDAMSCH NIEUWSBLAD).
Penutup
Konsep Messianisme sudah ada dikalangan agama-agama besar yang pernah ada
baik itu Islam, Hindu, Kristen, Yahudi, Buddha, Konghucu, maupun Kristen. Setiap
agama pasti mempercayai dengan adanya konsep Messianisme tersebut. Konsep Messianisme dalam kenyataannya banyak
versi dalam penyebutannya diantaranya Ratu Adil, Messiah, dan Satrio Piningit. Konsep ini terkesan irrasional karena
mengganggap akan ada juru selamat semua kaum dari penderitaan yang sedang dialami
dan ini pernah terjadi di Afdeeling Modjokerto saat penduduk mengalami
penderitaan yang luar biasa akibat Belanda yang membuka sistem perkebunan
menggantikan sistem pertanian penduduk Modjokerto. Belanda bersikap eksploitas
terhadap Sumber Daya yang tidak Alam saja melainkan Manusianya. Merekrut para
penduduk untuk bekerja sebagai buruh perkebunan dan dianggap oleh penduduk
tersebut sebgai pekerjaan sampingan penambah pendapatan mereka. Namun, yang
terjadi itu tidak sesuai dengan harapan. Para Buruh dituntut untuk selalu
bekerja dan bekerja. Tanah yang semula merupakan tanah pertanian diubah oleh
Belanda sebagai tanah perkebunan dengan tanaman komersialnya. Digaji tetapi
tetap juga ditetapkan pajak yang cukup besar sehingga tidak bisa mensejahterakan
kaum buruh atau penduduk meskipun secara keseluruhan untuk keadaan ekonomi di
Modjokerto lebih baik dari daerah
sekitar.
Keadaan ini yang menyebabkan penduduk
Modjokerto berandai-andai akan ada seorang yang bisa menyelematkan dari rezim
Belanda yang sudah menyebar di Modjokerto. Orang yang dimaksud itu adalah
Moerakat sebagai juru selamat bagi penduduk Modjokerto dalam melakukan
perlawanan yang berbasis keagamaan dengan mengaitkan dengan agama Islam yakni
datangyan Imam Mahdi. Hal ini yang bisa dilakukan oleh Moerakat dalam melawan
Belanda atau Kolonial dengan merekrut penduduk yang mau berjuang demi ibadah
mereka dengan mengusir banteng-banteng penghancuran yakni Belanda dari tanah
Modjokerto. Namun, yang disayangkan gerakan ini dianggap oleh Pengadilan Negeri
Modjokerto sebgai ajaran atau gerakan yang menyesatkan tidak sesuai dengan
ajaran agama yang dianut masyarakat pada umumnya.
DAFTAR RUJUKAN
Munir, Misnal. 2010. Messianisme Dalam Perspektif Filsafat
Sejarah (Online), (http://jurnal.filsafat.ugm.ac.id/index.php/jf/article/viewPDFInterstitial/39/35), dikases 23 Nopember 2012.
Pranoto,
Suhartono W. 2010. Jawa (Bandit-Bandit
Pedesaan) Studi Historis 1850-1942. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Prasetyo, Agus. 2011. Gerakan Messianistik Dalam Bingkai Sejarah (Mengambil Hikmah dari Gerakan
Messianistik Keagamaan “Moerakat” di Mojokerto, (Online), (http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/01/gerakan-messianistik-dalam-bingkai-sejarah-mengambil-hikmah-dari-gerakan-messianistik-keagamaan-“moerakat”-di-mojokerto/), diakses 24 Nopember 2012.
HET WADERLAND (Online),
diakses 23 Nopember 2012.
ROTTERDAMSCH
NIEUWSBLAD (Online), diakses 23 Nopember 2012.
Luar biasa tulisannya cukup ilmiah.
BalasHapusmakasih kak blognya sangat bermanfaat
BalasHapusaloe vera gel wardah