by. Harwin Galih Anugerah
Abstrak : Sejarah perkembangan perekonomian di
Indonesia tentunya tidak bisa dilepaskan dari peranan perkebunan gula yang
muncul sekitar abad 19 sebagai akibat dari adanya tanam paksa. Dari hal ini
kemudian muncul lah banyak pabrik gula di Indonesia. Salah sataunya adalah yang
berada di daerah Malang. Pada masanya Pabrik yang bernama PG Kebon Agung ini
mempunyai peranan penting bagi ekonomi. Pabrik ini merupakan salah satu pabrik
tertua yang ada di daerah Malang.
Kata Kunci : Pabrik Gula, Gula, Peranan, lapanagn
pekerjaan
PG Kebon Agung berlokasi di desa KebonAgung
Pakisaji kabupaten Malang dengan ketinggian sekitar 480m dpl dan bertemperatur
antara 26-27 derajat celsius dan berjarak kurang lebih sekitar 5 km dari jalan
raya Malang dan Blitar. PG Kebon Agung yang didirikan tahun 1905 sedikit banyak
mewarnai sejarah pergulaan di Indonesia, di wilayah Malang sendiri pada masa
itu sudah banyak juga terdapat pabrik Gula yang lainnya. Awal berdirinya pabrik
ini berasal dari surat ijin pemerintah Hindia Belanda yang diberikan kepada
Caspar Joseph Pabst no 3 tahun 1902 yang berisi ijin untuk mendirikan sebuah
pabrik gula di wilayah sengguruh Kabupaten Malang. Namun karena jeleknya harga
gula pada masa itu C.J.Pabst tidak dapat mendapatkan modal sendiri untuk
mendirikan pabrik ini meskipun dia sendiri adalah seorang penanam tebu. Pada
masa selanjutnya ijin tersebut diambil alih oleh Ny. Sophie oosthoek istri
seorang makelar kaya asal surabaya yang kemudian melimpahkannya kepada seorang
pedagang chuna yang ada di surabaya yang bernama Tan Tjwan bie.
Tan tjwan bie kemudian mengambil
alih konsesi kebon agung untuk meneruskan dan mengelola pabrik itu. Namun
dengan sedikitnya waktu yang didapatkan, Tan Tjwan Bie meminta perpanjangan
waktu untuk pengusahaannya dari sebelumnya 21 Juli 1905 berakhir diundur hingga
Desember 1906 dengan arti sebelum Juli 1905 telah dimulai proses pembelian
tanah untuk pabrik itu dan juga proses pembangunan untuk pabrik. Sementara itu
di pihak lain, para pabrik gula di wilayah Malang sendiri sedikit keberatan dengan
didiriikannya pabrik tersebut, terutama PG yang berdekatan lokasinya dengan PG
tersebut. Mereka takut akan terjadi perebutan lahan karena sebelumnya telah
ditetapkan batas-batas kepemilikan tanah.
Tepat tanggal 21 Juli 1905 atau
batas awal akhir pembelian, PG kebon Agung berdiri dengan kepemilikan oleh Tan
Tjwan Bie serta merupakan perusahaan perorangan hingga tahun 1917. PG kebonagung memulai aktifitasnya tahun 1908
dengan produksi 8000 pikuls tebu atau setara dengan 5000 kuintal tebu
perharinya. Tahun 1913 kapasitas produksi pabrik dinaikkan menjadi 10000 pikuls
tebu perharinya. Dalam data tersebut juga dituilskan bahwa selama kepemilikan
Tan Tjwan Bie telah terjadi pergantian Administrateur
dari Kwee Lian Tik ke Tan Boen Tjiang.
Pada tahun 1917 pengelolaan PG kebon
agung diserahkan kepada Naamloze
Vennotschap (NV) & Lanbow Maatschapij Tiedeman & van kerchem (TvK)
yang sekaligus menjadi direksinya. Pada tanggal 20 Maret 1918 bentuk usaha yang
semula perorangan dirubah menjadi usaha perseroan dengan nama NV Suikerfabriek Keboen Agoeng dan Tan
Tjwan Bie sebagai direkturnya. Tahun 1920 di koran Java diberitakan bahwa dan yang digunakan untuk PG ini telah
mencapai 2 juta Gulden dari sebelumnya yang hanya 10ribu Gulden. Untuk
mengembangkan usahanya pada masa itu PG ini mencari kredit dengan
menghipotikkan kepada De Javasche Bank
daerah Malang. Namun karena terjadi depresi ekonomi tahun 1929 pabrik ini tidak
mampu membayar tagihannya sehingga tahun 1932 seluruh saham perseroan
tergadaikan dan pada tahun 1935 seluruh saham perseroan telah sepenuhnya
dimiliki oleh De Javasche Bank. De
Javasche Bank sebagai pemilik saham keseluruhan memiliki peranan sangat
besar sehingga memliki keleluasaan dalam mengelola perusahaan.ketika bank ini
menguasai PG Kedawoeng terjadi renovasi tahap I seperti yang terlihat pada
bagian depan pabrik.
Pada periode perang dunia II, terutama
setelah serangan Jepang ke Pearl Harbour 8 Desember 1941, industri gula di
Indonesia berpindah tangan dari pemerintah Hindia Belanda ke tangan Jepang.
Pada masa ini banyak pabrik gula di Indonesia diubah fungsinya untuk keperluan
perang Jepang, tak terkecuali PG Kebon Agung ini yang datanya tidak jelas namun
konon pada masa itu PG kebon agung tidak memproduksi gula melainkan menggiling
batu untuk keperluan pembangunan Jepang.
Setelah
Proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, terjadi banyak perebutan
kekuasaan dengan tentara Jepang yang di lain pihak juga terjadi banyak
pertempuran dengan Belanda yang ingin mengambil kembali tanah jajahannya. Hal
ini juga terkait dengan kurangnya perhatian pemerintah terhadap Pergulaan
Nasional karena terlalu sibuk mengurusi urusan politik yang masih carut marut
di dalam negeri. Namun, setelah hal ini terjadi pemerintah mengeluarkan PP no.
3 Tahun 1946 tentang pendirian Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara
(BPPGN) dan PP no. 4 Tahun 1946 tentang Pusat Perkebunan Negeri (PPN) untuk
mengurusi industri pergulaan yang sempat mandek selama masa Jepang.
Dengan
berdirinya BPPGN dan PPN ini perkebunan Gula yang pada masa Jepang tidak
bekerja sama sekali sedikit demi sedikit mulai ditat kembali untuk melanjutkan
pekrejaannya yang sempat tertunda bertahun-tahun. Namun hal ini tidak bisa
berjalan mulus begitu saja, ketika Agresi Militer Belanda I terjadi banyak
pabrik gula dan gedung-gedung yang menjadi sasaran pengeboman Belanda, apalagi
setelah Agresi Militer Belanda II banyak pabrik gula yang dikuasai Belanda. Hal
ini membuat BPPGN dan PPN tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga
pemerintah akhirnya membubarkan dua instansi Nasional ini terhitung sejak 21
Desember 1949.
Tanggal
8 Maret 1950 keluar pengumuman No. 2 tahun 1950 tentang pembentukan panitia
pengembalian perusahaan perkebunan kepada pemiliknya yang diketuai oleh residen
masng-masing yang salah satu tugasnya adalah untuk membri masukan kepada
gubernir serta menginventarisasi perkebunan dan pabrik gula yang ada di
Nusantara. Rehabilitasi pabrik gula mulai dilaksanakan setelah dikembalikan
kepada pemiliknya, di Jawa Timur sendiri pada tahun 1952 terdapat 29 Pabrik
Gula dalam keadaan baik (temasuk PG Kebon Agung), 5 dalam tahp rehabilitasi dan
34 dalam kondisi buruk. Pada periode ini terjadi peristiwa yang sangat penting
yakni pada tanggal 16 November 1954 melalui rapat umum pemegang saham,
diputuskan bahwa Tan Tjwan Bie diberhentikan secara hormat sebagi Direktur dan
perseroan diberikan kepada Spaarfonds voor
Beambten van De Bank Indonesia (Bank Indonesia). Pada rentang waktu itu PG
Kebon Agung diserahkan kembali kepada Tiedeman & vanKerchem (TvK) sebelum
akhirnya dinasionalisasi 3 tahun kemudian.
Saat
terjadinya aksi pembebasan Irian Barat tahun 1957, seluruh perusahaan yang ada
di Indonesia dinasionalisasi termasuk PG Kebon Agung ini yang pengelolaanya
dibawah Badan Pimpinan Umum-Perusahaan Perkebunan Negara (BPU-PPN). PG ini
sendiri berada di bawah inspeksi BPU-PPN daerah VII yang berpusat di Surabaya. Periode
ini dapat diartikan pengalihan tenaga kerja dari tenaga asing yang pada waktu
itu sangat dominan menjadi tenaga kerja pribumi.
Setelah
BPU-PPN Gula dilikiudasi pada tahun 1967, tahun 1968 pemerintah Indonesia
menegluarkan kebijakan untuk meninjau kembali oerusahaan0perusahaan nasional
yang telah dinasionalisasi, dan berdasarkan PP no. 3 tahun 1986 PG Kebon Agung
dikembalikan kembali pada Yayasan Dana Tabungan Pegawai Bank Indonesia dan
Yayasan Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua Bank Indonesia. Berdasarkan hal
ini, Bank Indonesia Unit I (sekarang Bank Indonesia) yang bertindak sebagi
pengurus dua pemilik saham diatas menunjuk PT Biro Usaha Management Tri
Gunabina sebagai pengelola PG Kebon Agung pada tanggal 17 Juni 1968. Dengan hal
ini terhitung sejak 1 Juli 1968 PT Tri Gunabina bertindak sebagi penuh selaku
direksi PG Kebon Agung yang sekaligus membawahi PG Triangkil yang ada di Jawa
Tengah.
Pada
tahun 1976-1978 PG Kebon Agung mencanangkan Program Rehabilitasi dan
Modernisasi (RPM). Dari program ini telah dilakukan antara lain penambahan
kapasitas produksi gula, perbaikan dan penggantian mesin-mesin yang sudah
dimakan usia sebanyak 70-80%, dan tahun 1977 merupakan Renovasi tahap II yang
telah dicanangkan pada RPM ini. Pada tanggal 25 Februari 1992, Bank Indonesia
mendirikan Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKK-BI) dan
memutuskan yayasan inilah yang menjadi pemegang saham tunggal PG Kebon Agung.
Pada
tahun 1993 pengoperasian PG Kebon Agung telah mencapai 75 tahun, maka dari
itulah kemudian diberikan akta Notaris pengganti yang sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku yang mengisyaratkan bahwa pengoperasian PG ini
diperpanjang hingga 75 tahun lagi sekaligus mengubah nama menjadi PT Kebon
Agung dari sebelumnya PT PG Kebon Agung.
I.
PERKEMBANGAN
USAHA
1.1
Perkembangan
Pengelolaan Tanaman Tebu
Undang-undang tentang perkebunan telah
ada sejak dimualinya Tanam Paksa antara tahun 1830-1870. Pemerintah Hindia
Belanda mengeluarkan Undang-Undang yang bertujuan untuk melindungi kepentingan
ekonomi penduduk pribumi. Di Pulau Jawa sendiri Tanam Paksa benar-benar terasa,
hal ini mengakibatkan tebu menjadi komoditi utama selain kopi. Perkebunan dan
Pengelolaan Gula di malang sendiri dimulai pada abad 19. Undang-undang Agraria
tahun 1870 semakin membuat pembukaan lahan untuk perkebunan semakin meluas di
malang, apalagi setelah dibukanya jalur kereta api dari Malang menuju Surabaya
tahun 1879.
PG Kebon Agung sendiri memulai
sktivitasnya tahun 1908 setelah 3 tahun sebelumnya berdiri dengan luas lahan
600 bahu yang kemudian berkemabang menjadi 1000 bahu pada 1913. Lahan-lahan ini
diperoleh dengan cara menyewa dari penduduk setempat kemudian mengelola sendiri
tebu pabrik. Kondisi lahan di wilayah kerja PG ini pada umumnya subur karena
dialiri oleh 2 sungai yakni sungai Brantas dan sungai Metro. Hingga saat ini
luas lahan yang dikelola oleh PG ini telah mencapai 12.000 ha yang berada di
wilayah Kodya dan Kabupaten Malang terdiri atas 1200 lahan sawah dan sisanya
merupakan lahan kering/tegal dengan 150 ha merupakan tanaman tebu sendiri dan
sisanya merupakan tanaman tebu rakyat. Jumlah petani kurang lebih sekitar 4.000
petani yang tergabung dalam kelompok tani dan 21 unit koperasi.
1.2
Perubahan
Tanaman Tebu Sendiri (TS) menjadi Tanaman Tebu Rakyat (TR)
Dari awal mula pabrik didirikan tanaman
tebu yang dikelola merupakan Tanaman Tebu Sendiri (TS) dengan menyewa
sawah-sawah petani setempat melalui sitem Glebagan, sedangkan budidaya tanaman
tebunya dilakukan dengan sitem renoysa. Luas areal tanaman tebu berkembang sesuai
dengan meningktanya kapasitas giling pabrik. Namun kemudian terdapat beberapa
perubahan mengikuti peraturan yang ada terutama Sejak dikeluarkannya Inpres No.
9 tahun 1975, terjadilah pergantian dai sistem sewa ke sistem Tebu Rakyat
Intensifikasi (TRI), Tanaman Tebu Sendiri diganti menjadi Tebu Rakyat dimana
Pabrik menyewa tanah petani namun tanah tersebut dikerjakan sendiri oleh petani
dengan pengawasan dan bimbingan dari pabrik gula, hal ini bertujuan untuk
semakin mensejahterakan petani.
Tanaman tebu di kabupaten Malang sendiri
terus bertumbuh baik yang digunakan dan digiling di pabrik ataupun yang
dipriduksi untuk dijadikan gula tumbuk. Sejalan dengan hal ini kemudian
bermunculan berbagi koperasi petani TR untuk semakin memudahkan petani dalam
pemasran,penjualan dan penyimpanan tebu mereka atau olahan tebu mereka. sejak
1975, dari total luas lahan kebu yang diewa oleh PG ini 30% merupakan Tebu
Sendiri dan sisanya sebesar 70% merupakan TR. Namun semenjak adanya TRI,
sebanyak 98% atau sejitar 8.000 ha merupakan TRI dan sisanya merupakan TS.
Dengan dikeluarkannya undang-undang
No.12 tahun 1992 tentang diijinkannya petani menanam komoditi sesuai dengan
keinginan yang dikehendaki, terjadilah lonjakan lahan tebu rakyat hingga saat
ini mencapi 12.500 ha namun sebaliknya lahan TS yang disewa pabrik dari semual
sekitar 30% dari total lahan kini menyusut menjadi 2% atau sekitar 150-250 ha.
Dalam perjalanannya dari tahun ke tahun terjadi penurunan sehingga menyebabkan
penurunan produksi tebu secara menyeluruh.
Untuk mengatasi kondisi seperti ini
pemerintah telah merubah program TRI menjadi pola Tebu rakyat Kemitraan serta
dilaksanakannya program akselerasi dengan mengganti tanaman yang ada dengan
varietas unggul baru sehingga diharapkan mampu meningkatkan jumlah produksi dan
mencukupi kebutuhan gula nasional.
1.3
Perkembangan
Mesin dan Peralatan Pabrik
Seiring
dengan perkembangan teknologi yang semakin maju setiap harinya, sebuah
perusahaan yang membutuhkan keuntungan finansial tentunya harus memikirkan
untuk memodernisasi peralatan-peralatan yang ada di pabriknya. Hal ini pula
yang terjadi di PG Kebon agung, semenjak awal beroperasi pada tahun 1908 PG ini
telah memiliki alat-alat yang bisa dibilang cukup baik untuk ukuran sebuah
Pabrik Gula pada masa itu. Di jawa sendiri pada masa itu juga telah ada
usaha-usaha pengolahan gula menggunakan tenaga manusia dan peralatan manual
yang produknya bisa dibilang menjadi gula tumbuk. PG kebon agung sendiri pada
awalnya meskipun proses pemurniannya masih bisa digolongkan sedrhana, namun
sudah bisa menghasilkan Gula coklat dan Gula Tetes. Namun sekarng ini dengan
semakin berkemabngnya teknologi, produksi yang mereka hasilkan bukan hanya dua
jenis gula tersebut namun juga bisa mencakup gula kristal yang biasa dipakai
dalam kehidupan kita sehari-hari.
1.4
Uraian
Proses
Proses pembuatan
gula di PG Kebon Agung ini diawalai di stasiun gilingan. Di stasiun Gilingan
ini tebu yang sudah dicacah terlebih dahulu selanjutnay diperah (digiling)
untuk mendapatkan nila mentah sebanyak-banyaknya. Di dalam pemerahan ini
ditambahkan air, tujuannya agar gula yang masih ada dalam ampas terlalrut
sehingga diharapkan ampas mengandung gula serendah-rendahnya. Nira yang sudah
diperah kemudian dipompa menuju stasiun pemurnian Nira. Tujuan dari proses ini
adalah untuk memisahkan kotoran-kotoran bukan gula yang terkandung dalam nira
mentah, sehingga diperoleh hasil berupa nira encer atau nira jernih. Di dalam
proses ini didapatkan kotoran yang bernaman bloting yang nantinya bisa
digunakan sebagi pupuk.
Di PG Kebon
Agung proses yang digunakan adalah proses sulfitasi sehingga bahan kimia yang
digunakan adalah larutan kapur tohor dan gas SO2 yang diperoleh dari
pembakaran belerang padat.
Nira encer hasil
pemurnian masih banyak mengandung air sehingga dibutuhkan proses penguapan di
stasiun penguapan untuk mendapatkan nira dengan ketentalan tertentu. Kemudian
nira kental yang telah dihasilkan di proses lebih lanjut di stasiun masakan.
Dimana dilakukan proses kristalisasi yang dimaksudkan untuk mengambil gula
dalam nira kental sebanyak-banyaknya untuk dikristalisasi dalam ukuran tertentu
yang dikehendaki. Hasil dari stasiun masakan ini masih belumlah bisa dijual
karena masih berupa Masecuite yakni
kristal gula yang masih mengandung sirup, harus diproses lebih lanjut di
stasiun putaran untuk memisahkan gula dari sirupnya.
Pada proses
putaran ini akan diperoleh gula kristal putih sebagai hasil utamanya adan tetes
sebagi hasil sampingannya. Gula dari stasiun putaran ini selanjutnya akan
diproses di stasiun pembungkusan, dimana setaip 50kg gula dikemas dalam 1
karung plastik ukuran 50 kg.
Sementara di
pihak lain untuk menghasilkan energi, stasiun ketel digunakan untuk
menghasilkan uap dari proses pemanasan air kondensat sampai mendidih dimana
hasilnya nanti akan berupa uap yang digunakan untuk menggerakkan turbin di
gilingan dan PLTU. Pada stasiun PLTU dilakukan proses perubahan dari stasiun
ketel menjadi energi listrik.
Dalam perjalanan
beroperasinya PG Kebon Agung ini, perubahan-perubahan perlatan mengikuti
teknologi modern sering kali terjadi dan tak dapat dielakkan lagi demi
produktivitas yang lebih tinggi dan efisien. Contohnya saja sampai tahun 1976
mesin gilingan yang digunakan masihlah mengginakan uap sebagi energi utamanya,
namun setelah ada RPM pabrik pada tahun 1977 mesin-mesin itu diganti dengan
yang baru yang digerakkan oleh turbin sehingga proses pmerahan nira enjadi
lebih baik dan efisien. Selain itu sebagai upaya untuk melaksanakan program
produksi bersih yang telah dicanangkan, Filter
press yang digunakan sejak tahun 1911 mulai tahun 1982 diganti dengan Rotary Vacuum Filter yang memungkinkan
kinerja lebih maksimal. Sementara untuk meningkatkan kualitas PG Kebon Agung
juga memasang peralatan talo filtrat yang kemudian dilanjutkan dengan
pemasangan tolo dura pada tahun 1991, fungsi dari kedua peralatan ini adalah
untuk menjernihkan nira yang telah dihasilkan oleh Rotary Vacuum Filter dan juga menjernihkan nira kental.
1.5
Stasiun
Penguapan
Pada
tahun 1908-1910 stasiun penguapan PG Kebon Agung menggunakan sistem Triple effect yakni sistem 3 bejana evaporator dengan heater masing-masing seluas 325m2. Tahun 1911-1914
berubah menjadi Quadrupple effect
yakni sistem 4 bejana evaporator
dengan heater masing-masing seluas
600m2. Pada saat dilaksanakannya program RPM tahun 1977 sistem ini
berubah lagi menjadi sistem dengan 5 evaporator
dengan rincian 3 evaporator dengan
luas heater mencapai 3300 m2
dan 2 buah evaporator dengan heater
800m2. Untuk meningkatkan kapasitas giling pada tahun 2000 dipasang
lagi pre evaporator dengan heater seluas 1600m2 dan
2000m2.
Sejalan
dengan program efisiensi yang dicanangkan oleh pabrik, tahun 1996 dipasanglah
alat yang bernama Juice Catcher yang
fungsinya untuk menangkap percik nira yang keluar dari setiap proses
penjernihan nira sehingga bisa meminimalisir hilangnya gula pada proses
penjernihan.
1.6
Stasiun
Masakan
Pada
awal berdirinya tahun 1908-1912 untuk stasiun masakan dipasang 2 buah pan
masakan bertipe coil dengan total
volume 280 Hekto Liter(HL) dan 4 buah pendingin dengan total volume 560 HL.
Pada tahun 1913-1914 dipasang 3 buah pan masakan jenis coil dengan volume 480 HL dan dipasang lagi 2 buah pendingin
sehingga volume total pendingin menjadi 840 HL. Sistem ini bertahan hingga
terjadinya RPM tahun 1977 dimana dibangun kembali 6 buah pan masakan dengan
tipe kalandria dengan volume masing-masing pan 420 HL dan 1 buah pan masakan
dengan jenis coil yang bervolume 350
HL.
Pada
RPM ini pula pendingin yang lama diganti dengan pendingin baru dengan rincian 4
buah pendingin untuk masakan A dengan volume total 1680 HL, 3 buah pendingin
untuk masakan C dengan volume total 1460 HL dan 4 buah pendingin dengan untuk
masakan D dengan volume total 1600 HL.Tahun 1978 dibangun lagi 2 buah pendingin
cepat (rapid Crystalizer) dengan
kapasitas 65 HL/jam yang dilengkapi dengan sistem pendingin cepat steam cooling pant.
1.7
Stasiun
Putaran
Pada
awal berdirinya tahun 1908-1910 stasiun putaran menggunakan weston centrifuge
yang berjumlah 7 buah. Selanjutnya mulai tahun 1911-1912 ditambah lagi 2 mesin
dengan jenis yang sama. Tahun 1913-1914 tercatat stasiun putaran menggunakan 16
buah weston centrifuge dengan dimensi 30” x
18”.
Pada
saat pelaksanaan RPM tahun 1977 stasiun putaran dimodernisasi dengan pemasangan
putaran High Grade dan Low Grade dengan merk BMA semi automatic dan full automatic. Namun tidak berhenti disitu saja, sejak tahun 2004
dengan tujuan untuk mengembangkan kapasitas pabrik, maka dipasang lagi 4 buah
putaran High Grade type Western State
(WS) full automatic dan 3 buah
putaran Low Grade type WS.Untuk
menghasilkan gula yang memenuhi kualitas standar nasional yang ditetapkan oleh
Badan Sertifikasi Nasional (BSN) tahun 2001, maka PG Kebon Agung yang awal
berdirinya hanya menggunakan 2 buah pengering gula diganti dengan 1 buah
pengering gula yang dilengkapi dengan sistem pendingin.
1.8
Stasiun
Ketel Uap (Boiler)
Pada awal
beroperasinya antara tahun 1908-1912, ketel yang digunakan sebanyak 3 unit dan
bertekanan rendag kurang lebih 10kg/cm3, dengan luas pemanas 760m2.
Perkembangan selanjutnya sa,pai dengan tahun 1936 dilakukan penambahan 1 unit
ketel uap sehngga luas pemanas keseluruhan mencapai 1.080m2. Sejalan
dengan bertambahnya kpasitas giling pabrik, pada tahun 1962 dipasang lagi 1
unit ketel upa borsig dengan kapasitas 14 ton/jam bertekanan menengah antara
14-18 kg/cm2. Selanjutnya pada tahun 1967 dilakukan penambahan lagi
2 ketel uap borsig dengan kapasitas 14 ton/jam
Pada saat RPM
1977 dipasang 2 unit ketel uap Stork dengan kapasitas masing-masing 28 ton/jam
dan ketel uap lama yang bertahan sejak 1936 pun dibongkar. Sementara itu pada
tahun 1999, dipasang lagi sebuah lumi-ketel Yoshimine dengan kapasitas 80
ton/jam dan Sebagai langkah persiapan PG Kebon Agung dalam menghadapi
persaingan produksi gula dan demi peningkatan produksi maka pada tahun 2005
dipasang lagi sebuah luni-ketel Yoshimine dengan kapasitas 100 ton/jam.
1.9
Stasiun
Listrik
Sebenarnya
tidak banyak data yang bisa diperoleh mengenai stasiun listrik PG ini pada awal
berdirinya dulu. Namun yang diketahui adalah pada tahun 1967 dan 1970 dibangun
diesel generator dengan kapasitas 275 KW dan 340 KW. Setelah itu dibangun
turbin generator siemens 1dan siemens 2 pada 1973 dengan kapasitas
masing-masing 1200 KW dan generator siemens 3 dibangun pada 1978 yang
berkapasitas 1300 KW.
II.
PERKEMBANGAN
KETENAGAKERJAAN
3.1.
Serikat
Pekerja
Pembentukan
sarikat buruh di Indonesia yang pada masa itu masih bernama Hindia Belanda
sudah dimulai sejak abada 19 yang banyak dipelopori oleh kaum eropa yang miris
melihat kondisi buruh-buruh di Indonesia yang tidak mampu melawan penguasa
karena tidak terorganisisr secara baik. Sejalan dengan itu pada tahun 1919
sebuah sarikat buruh yang bernama Persatoean Pergerakan Kaoem Boeroeh (PPKB)
terbentuk di Suarabaya untuk mewadahi para buruh yang bekerja di Surabaya dan
sekitarnya.
Setalah masa
kemerdekaan organisasi macam ini semakin banyak bermunculan, salah satunya
adalah Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) pada tanggal 29
November 1964 yang di dalamnya terkumpul 34 organisasi buruh seluruh Indonesia.
Kemudian pada masa Orde baru didirikan Serikat Buruh tunggal yakni Federasi
Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) yang berdiri tanggal 20 Februari 1973. Kemudian
setelah pemerintah mengeluarkan peraturan yang isinya mengenai pendaftaran
serikat buruh, yang juga menegaskan bahwa organisasi buruh dapat mendaftar di
dinas tenaga kerja sehingga membuat orang tidak dapat secara mudah membuat
serikat buruh baru seperti masa-masa sebelumnya. Pada tahun 1985, FBSI dirubah
namanya menjadi Serikat Pekerja Seluruh Inonesia (SPSI), kata ‘buruh’
diperhalus menjadi kata karyawan atau pekerja.
3.2.
Perkembangan
serikat Pekerja di PG Kebon Agung
Organisasi
buruh di PG kebon Agung dimulai sejak 1948-1965, diamana buruh banyak mempunyai
pilihan karena dibumbui unsur-unsur politis antara lain seperti SARBUMUSI
(Serikat Buruh Muslim Indonesia), KBG (Kesatuan Buruh Gula)/Buruh Marhaenis,
IBP )Ikatan Buruh Pancasila), GASBIINDO (Gabungan Serikat Buruh Islam
Indonesia), PAGI (Persatuan Ahli Gula Indonesia) dll.
Kemudian
tahun 1965-1973 organisasi buruh bertambah banyak jumlahnya di PG Kebon Agung
sperti adanya PERKAPEN (Persatuan Karyawan Perkebunan), IBP (Ikatan Buruh
Brawijaya), Kubu Pancasila, KESPEKSI (Kesatuan Pekerja Kristen Indonesia).
Namun pada tahun 1973 semua organisasi di PG Kbon Agung diubah dan dilebur
menjadi FBSI, pada tahun 1983 FBSI dirubah namanya menjadi SPSI dan bertahan
sampai sekarang.
3.3.
Perjanjian
Kerja Bersama dan Peraturan Perusahaan
Pelaksanaan
hubungan ketenagakerjaan diarahkan pada terciptanya kerjasama yang serasi,
selaras dan seimbang antara pekerja dengan Pengusaha. Dalam seluruh proses
produksi serta usaha peningkatan kelancaran, efisiensi kelangsungan hidup
perusahaan, Pekerja mencurahkan pikiran dan tenaga sebaik-baiknya untuk
kepentingan perusahaan dan Pengusaha akan memberikan imbalan yang wajar dan
layak secara kemanusiaan sesuai dengan jasa yang dihasilkan pekerja. Disamping
itu, pengusaha juga memprhatikan peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarga
berdasarkan kemampuan dan sesuai dengan kemajuan yang dicpai oleh perusahaan.
Demi terciptanya
iklim keharmonisan dalam hubungan antara pekerja dan pengusaha, maka pekerja
yang diwakili oleh SPSI Unit kerja PG Kebon Agung dan Dewan Pimpinan Pusat SPSI
dengan Direksi PT Kebon Agung membuat Kesepakatan Kerja Bersama yang isinya
mengatur tentang segala hak dan kewajiban bagi pekerja maupun pengusaha serta
jaminan sosial bagi para pekerja. KKB ini setiap 2 tahun sekali diadakan
perbaikan sesuai dengan hasil perundingan anatar ketiga pihak tersebut. Pada
tahun 2003 nama KKB diubah Menjadi Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Pekerja di PG
Kebon Agung ini dibagi menjadi 2 yakni Karyawan tetap dan karywan tidak tetap.
Karyawan tidak tetap sendiri digolongkan menjadi berikut :
a)
Pekerja Musiman (borongan) Tanaman
b)
Pekerja Musiman (borongan) Tebangan
c)
Pekerja Musiman lain-lain
d)
Pekerja Kampanye/Giling
e)
Pekerja Barangan lain-lain
III.
PERANAN
PABRIK GULA KEBON AGUNG DALAM MELESTARIKAN LINGKUNGAN HIDUP
Perkembangan
Industri pada gilirannya akan menghasilkan buangan yang berupa zat padat, cair
maupun gas yang berpotensi mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan
baik. Menyadari akan hal ini PG Kebon Agung sebagai sebuah industri yang cukup
besar di daerahnya merasa harus berpartisipasi dalam upaya pelestarian
lingkungan. Upaya ini diperoleh melalui studi AMDAL. Dalam hal ini PG kebon
agung bekerja sama dengan Universitas Brawijaya malang untuk mengelola limbah
dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Beberapa hal yang menjadi limbah pun
coba ditangani dengan baik oleh kerjasama ini antara lain dalam bidang :
4.1.
Pengolahan
Limbah Cair
Prioritas
pertama pengelolaan limbah cair PG Kebon Agung adalah dengan membangun
instalasi pengolahan limbah bekerja sama dengan konsultan “CEALA ENGINEERING”
surabaya yang lokasinya berada dalam lingkungan pabrik. PG ini mengalokasikan
dana sebesar 400 juta rupiah dan lahan seluas 15.500 m2 untuk
pembangunan tersebut dengan desain kapasitas 60 m3 / detik dan
menggunakan sistem penolahan aerobic
maupun unaerobic. Proyek ini diselesaikan
pada akhir tahun 1988 dan mulai diaplikasikan pada musim giling 1989, selama
proses pembangunan berlangsung secara simultan dipersiapkan tenaga-tenaga yang
dikemudian hari akan menangani proses pengolahan limbah cair.
Sesuai
peraturan lingkunagn hidup yang berlaku, secara rutin tiap bulan dilakukan
pengambilan contoh air untuk kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas
air limbah buangan. Dalam perjalanan waktu pengolahan limbah cair PG ini selalu
dilakukan penyempurnaan termasuk memperbaiki kinerja air pendingin dan filtarsi
limbah.
4.2.
Pengolahan
Limbah Padat (Abu Ketel dan Blotong)
Abu
ketel adalah sisa pembakaran ampas di stasiun ketel, merupakan limbah inert
yang secara alamiah tidak bisa lagi dihancurkan. Sementara Bloting adalah
limbah padat hasil pemurnian nira. Sejak tahun 1982 setelah adanya Vacuum Filter, blotong ini dapat
dimanfaatkan sebagai tanah uruk dan juga sebagi pupuk organik bio kompos yang
tempat pengolahannya terletak di desa Sempalwadak dengan kapasitas produksi
mencapai 40 ton/hari. Sementara abu ketel dimanfaatkan sebagai tanah uruk dan
juga sebagai bahan baku pembuatan bio kompos.
4.3.
Pengolahan
Limbah Gas
Sebagai
sisa hasil pembakaran bahan bakar melalui cerobong asap keluarlah gas hasil
sisa pembakaran tersebut. Polusi udara terjadi apabila didalam dapur ketel
terjadi pembakaran yang tidak sempurna karena kurang seimbangnya antara bahan
bakar dengan suplai oksigen.
Untuk
emnghindarkan hal ini maka zebelum gas buanagn dibuang melalui cerobong asap
dipasanglah alat penangkap debu yang biasa disebut Scrubber. Sementara proses sulfitasi sebagai sistem yang masih
digunakan di sebagian besar pabrik gula di indonesia menggunakan belerang
sebagi bahan utamanya. Dari hasil pembakaran belerang ini keluarlah gas SO2
namun jika dalam kondisi baik gas ini tidak keluar, tapi tentu saja hal ini
tidak bisa diharapkan.
Untuk
menghindari hal ini dilakukan dengan cara melakukan pengendalian proses melalui
kelengkapan peralatan deteksi berupa automatic regulated pH meter dan mengubah
sistem proses sulfitasi serta pengendalian ketat pada proses pembakaran agar
tidak menghasilkan gas SO2 maupun uap belerang.
IV.
PERANAN
PABRIK GULA KEBON AGUNG TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR
Pada
awal berdirinya, lokasi pabrik gula ini masihlah jauh dari pemukiman penduduk,
tapi lambat laun menjadi dekat akibat bertambahnya jumlah penduduk yang tidak
terkontrol dan kondisi sosial ekonominya berbeda, dalam hal ini pabrik
diwajibkan membangun hubungan baik dengan penduduk agar terjadi keselarasan
tujuan.
Menanggapi
hal ini PG kebon agung melakukan berbagai kegiatan untuk kesejahteraan penduduk
sekitar, seperti membangun sarana pendidikan dan sarana kesehatan serta
pemberian beasiswa bagi putra-putri karyawan dan anak penduduk yang
berprestasi. Selain itu pemberian bantuan untuk instansi pendidikan dan pondok
pesantern di sekitar, berperan aktif dalam pembangunan saran ibadah serta
sarana kesehatan sperti puskesma,
pembangunan sarana jalan, jembatan dan irigasi, penyaluran sumber air bersih
dari mata air, dan juga pembangunan kamar mandi umum. Acara sosial lain juga
sering diadakan secara rutin seperti donor darah dan secara berkala melakukan
pembagian sembaki bagi warga yang kurang mampu.
Sementara
peranan pabrik bagi perekonomian masyarakat sangatlah terasa, seperti penciptaan
lapangan kerja dan kesempatan kerja bagi masyrakat sekitar. Dalam hal ini
selain sebagai petani tebu, masyarakat sekitar juga banyak direkrut sebagai
pegawai pabrik gula ini. Selain itu pabrik ini secara tidak langsung juga
menciptakan pekerjaan di bidang lain, seperti jasa angkutan transportasi dll.
V.
KESIMPULAN
Pabrik
Gula Kebon Agung yang berlokasi di Desa Kebon Agung, Pakisaji Malang ini
berdiri sekitar tahun 1905 didirikan oleh Tan Tjwan Bie dan mulai beroperasi
sekitar tahun 1908. Pada masa Belanda PG ini dikelola oleh Naamloze Vennotschap (NV) & Lanbow Maatschapij Tiedeman & van
kerchem (TvK) namun kemudian setalah masa proklamasi Pabrik gula ini
diambil alih oleh Bank Indonesia dan berada dibawah naungan BI hingga sekarang.
Pabrik Gula ini merupakan salah satu yang tertua di daerah Malang, dan sedikit
banyak telah mewarnai perjalanan sejarah pergulaan di Indonesia.
Pada
masa sekarang, pabrik yang dulunya jauh dari pemukiman penduduk semakin lama
semakin mendekati pemukiman penduduk dan hal ini membuat pabrik harus melakukan
beberapa hal sebagai timbal balik kepada masyarakat seperti pendirian sarana
dan prasarana pendidikan serta pemberian bantuan kepada masyarakat. Selain itu
pabrik ini banyak menciptakan tenaga kerja bagi masyarakat sekitar karena
banyak dari pekerja pabrik ini yang merupakan penduduk sekitar.
DAFTAR
RUJUKAN
http://Malangpedia.blogspott.com_Pabrik_Gula_Malang_Tempo_dulu
http://Bloganyur.blogspot.com_Malang_jaman_Belanda
Direksi
PG Kebon Agung.1977.Rehabilitasi
Perluasan dan Modernisasi (RPM). Guna Tri Bina. Malang.
#epoxysurabaya #epoxypasuruan #epoxysemarang #epoxysolo #epoxyyogyakarta #epoxyjawatimur #epoxybali #epoxyjawatengah #epoxybandung #epoxybanten #epoxyjakarta #epoxytangerang #epoxybogor #epoxybekasi #epoxyserang #epoxyjawabarat #epoxyjabodetabek #epoxylampung #epoxysumatra #epoxyindonesia
BalasHapusKepada Yth
Pimpinan Perusahaan, Kontraktor, Arsitek, Agen, freeline
Dengan Hormat
Kami Jingga A.Raya Coating (aplikator epoxy) yg sudah berpengalaman lebih dari 8 tahun dengan senang hati memberikan informasi dan menawarkan pengerjaan EPOXY FLOORING - Lantai Modern, Eksklusif, dan Hygenis - untuk lantai pabrik atau gudang. Kami Jingga A.Raya Coating sudah banyak mengerjakan pabrik/perusahaan besar dan kecil. Beberapa diantarannya sbb:
PROTECTIVE Coating
1. Pabrik Farmasi - Sidoarjo
2. Percetakan - Surabaya
3. Pabrik Kopi Instan - Semarang
4. Pabrik Plastik - Semarang
5. Gudang Pakan Ternak - Semarang
6. Pabrik Furniture - Semarang
7. Pabrik Herbal - Salatiga
8. Perakitan sepeda motor - Semarang
9. Pabrik Pengalengan ikan - Banyuwangi
10. Pabrik Tekstile - Semarang
11. Pabrik mesin - Semarang
12. Pabrik Minuman instan - Semarang
13. Pabrik pengolahan ikan & Udang - Lampung
14. Pabrik Farmasi – Semarang 1 & 2
15. Pabrik Roti Sariroti - Semarang
16. Pabrik Herbal – Lampung
17. Gudang Farmasi Pemprov - Lampung
18. Indonesia Power (PLN) – Semarang
19. Indonesia Power (PLN) – Jakarta
20. Pembangkit Jawa Bali (PJB) semua area
21. Pengalengan makanan - Yogyakarta
22. Garment Industry (Emba Jeans) - Malang Jawa Timur
23. Herbal & Pharmacy industry - Semarang Jawa Tengah
24. Dll
Plus banyak project Decorative Coating (Hotel, Villa, Cafe, Resto, kantor, sekolah, Residence dll)
Kami Jingga A. Raya Coating and Protection juga memiliki produk yg biasa kami pake dengan kualitas yg sudah cukup teruji dengan banyak keunggulan, yaitu J-Floor untuk flooring dan J-Coat. Selain itu kami juga siap menggunakan produk pilihan sesuai keinginan Anda.
Dikerjakan oleh team yg berpengalaman dan Profesional
Untuk informasi dan konsultasi gratis
Hubungi Kami
Hp 0821 3851 5538
WA 0813 9307 1048
jinggaraya.coating@gmail.com
Nb. Contoh pekerjaan bisa lihat di FB kami : Jingga A.Raya
Terima kasih
Salam
nice info makasih yah kak untuk sejarahnya
BalasHapusvelvet matte lip mousse wardah
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.pengurangan biaya yang dijalankan
BalasHapusHarga
Terjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Coagulan
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem