by. Dhinar
Ayu M
ABSTRAK : Bahwa hidup dan
kehidupan masyarakat Ponorogo itu sampai dengan awal tahun 1942 tepatnya pada
tanggal 9 Maret 1942. Awal dari kehidupan masyarakat Ponorogo bermula dari zaman
purbakala, zaman wengker dan zaman berdirinya Kadipaten Ponorogo dan datangnya
agama Islam di Ponorogo. Beberapa orang yang berjasa dalam berdirinya Ponorogo
yaitu Raden Katong, Seloaji dan Kyai Ageng Mirah. Hal itu karena mereka
mempunya satu tujuan yang sama untuk membentuk dalam suatu Kadipaten.
Kata Kunci :
Purbakala,
Wengker, Islam, Berdiri
Kata
zaman berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti lama sekali sedangkan purba
berasal dari bahasa kawi yang berarti kuno. Kemudian Kala juga dari bahasa kawi
yang memiliki arti waktu atau kurun. Jadi zaman purbakala artinya masa silam
yang sudah lama sekali sampai ratusan atau ribuan tahun yang lalu. Zaman
Purbakala atau yang sering disebut dengan zaman prasejarah. Yaitu zaman sebelum
manusia dapat menyusun sejarah.
Pada
zaman dahulu sebelum adanya kerajaan Wengker dan Kabupaten Ponorogo, di daerah
sebelah barat dan timur pernah dihuni oleh manusia. Sebelah timur di kaki
gunung Pandan seudah pernah didiami manusia. Karena disana banyak ditemukan
fosil atau tulang manusia yang bentuknya besar-besar dan disebut sebagai tulang
raksasa. Kemudian di sebelah barat yaitu di sekitar Kecamatan Sampung pernah
juga ditemukan fosil hewan dan manusia kemudian disana juga ditemukan alat-alat
pertanian seperti linggis, kapak, dan alu yang semuanya berasal dari batu.
Sehingga pada waktu itu disebut Zaman Batu.
Jika dihuni oleh
manusia berarti memang benar sebab disana ada bukti-bukti peninggalannya. Hanya
saja belum bisa diketahui dari bangsa apa dan negara mana. Waktu itu manusia
belum bisa baca tulis, karena belum mempunyai huruf sehingga tidak dapat membuat
bukti-bukti tertulis atau prasasti atau peninggalan sejarah yang tertulis.
Keadaan seperti ini disebut zaman prasejarah dimana zaman sebelum manusia dapat
menulis sejarah. Zaman Wengker dahulu di Ponorogo ini memiliki suatu kerajaan.
Kerajaan ini oleh banyak orang disebut dengan Kerajaan Wengker. Kerajaan
Wengker ini ada sekitaran tahun 986-1037 M. Selanjutnya datangnya agama Islam
di Ponorogo dan berdirinya Kadipaten Ponorogo pada tahun 1486 M. Oleh karena
itu
sehubungan dengan uraian–uraian diatas maka penulis mengambil judul tentang
“Sejarah Napak Tilas Ponorogo tahun 1037-1486 M”.
Zaman Hindu Kerajaan Wengker
Sebelumnya
dengan runtuhnya kerajaan Medang di Jawa Tengah banyak rakyantnya yang pindah
ke Jawa Timur. Pada tahun 1928 Empu Sendhok yang merupakan patih dari kerajaan
Medhang dia beserta keluarganya pindah ke Jawa Timur. Tidak sedikit rakyat yang
mengikuti jejak Empu Sendhok untuk pindah ke Jawa Timur.
Di
Jawa Timur kemudian mendirikan sebuah kerajaan, kerajaan itu diberi nama
keraajaan Watonmas. Kerajaan Watonmas itu berada disekitar sungai Brantas
antara Malang dan Surabaya. Kemudian Empu Sendhok itu dinobatkan sebagai raja
pertama dengan gelar Sri Isana Wikrama Darrmotungga Dewa, yang mana menjadi
moyang bagi raja-raja di Jawa selama 300 tahun berturut-turut sampai dengan
tiga keturunan. Akan tetapi kerajaan Watonmas itu tidak bertahan lama karena
diserang oleh musuh sehingga kerajaan Watonmas itu runtuh. Kemudian muncul
suatu kerajaan baru yaitu kerajaan Kahuripan. Kerajaan Kahuripan dipimpin oleh seorang
raja yang bernama Raja Airlangga. Masa pemerintahan Raja Erlangga antara tahun
1000-1042. Setelah Empu Sendhok, ternyata juga ada rombongan lain dari Jawa
Tengah yang pindah ke Jawa Timur di bawah pimpinan putra Raja Medhang yang
bernama Kettu Wijaya.
Kemudiaan
Kettu Wijaya beserta rombongannya berjalan melewati jalur sebelah selatan
hingga di sebelah timur Gunung Lawu kemudian mereka beristirahat dan menetap
disana. Dengan kejadian itu mereka
mendirikan sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Wengker. Berdirinya kerajaan
Wengker itu dibuktikan dengan adanya sebuah prasasti yang ditemukan di Sendang
Kanal Madiun. Didalam prasasti tertulis berdirinya kerajaan Wengker pada tahun
986 – 1037 M dengan rajanya yang bergelar Kettu Wijaya.
Nama
Wengker merupakan akronim dari “Wewengkon
angker” atau tempat yang angker. Wilayah kerajaan Wengker meliputi sebelah
Utara yaitu Gunung Kendeng sampai Gunung Pandan. Kemudian sebelah timur
merupakan Gunung Wilis ke selatan sampai ke laut selatan. Kemudian sebelah
selatan merupakan wilayah laut selatan dan sebelah barat dari pegunungan mulai laut
kidul ke utara samapai ke Gunung Lawu.
Kemudian
didalam buku Hindhu Yavansche Tiyt
halaman 134 yang di tulis oleh Proffesor Doktor N.J. Krom menjelaskan bahwa
kerajaan Wengker terletak di desa Setono Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo
(Purwowijoyo, 1990: 13). Kemudian
didalam buku Sejarah Indonesia yang
ditulis oleh Dra. Setyawati Sulaiman juga menjelaskan bahwa kerajaan Wengker
itu terletak di dekat desa Setono (Purwowijoyo, 1990:13).
Kemudian
berdasar penelitian menyebutkan bahwa kerajaan Wengker itu, kerajaannya
terletak di desa Kadipaten perbatasan berbatasan dengan desa Setono. Kerajaan
Wengker dipimpin oleh seorang raja bernama Raden Wijaya atau Kettu Wijaya.
Kerajaan Wengker itu kerajaan yang kuat, amat sentosa, rajanya sakti mandraguna
dan rakyatnya banyak yang berilmu tinggi dan senang dalam melakukan dalam tapa
brata.
Kerajaan Wengker dikelilingi oleh sungai yang menjadi batas kota dan
sebagai benteng pertahanan. Selain itu juga terdapat tiga benteng dalam tanah
istilahnya Benteng Pendem. Pada tahun
947 M, Empu Sendhok digantikan anaknya yang bernama Sri Isyanatungga Wijaya
yang menikah dengan Sri Lokapala. Selanjutnya ia digantikan putranya, Sri
Makuyhawangsa Wardana. Sri Makuthawangsa Wardana mempunyai dua orang putri.
Salah satu putrinya menikah dengan Dharmawangsa. Selanjutnya sang menantu
itulah yang kemudian memegang kekuasaan di Medhang. Salah satu putri Makuthawangsa yang bernama
Mahendradatta menikah dengan Udayana dan mempunyai anak bernama Airlangga.
Dalam memimpin Medhang, Dharmawangsa mempunyai ambisi besar memperluas wilayah.
Kerajaan Medhang
saat itu diperkirakan di sekitar daerah Maospati Magetan.
Pada tahun 1016, kerajaan Medhang diserang
Sriwijaya bersama sekutunya yaitu Wurawari dan Wengker, sehingga raja
Dharmawangsa dan seluruh pembesar kerajaan tewas. Kemudian peristiwa itu
dikenal dengan sebutan “Pralaya” atau
kehancuran. Selain itu beserta sekutunya ingin menghancurkan Medhang. Sementara
keterlibatan Wengker adalah pengaruh ekspansif Medhang yang berusaha memperluas
wilayah dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil dan juga persaingan dalam
bidang ekonomi.
Satu-satunya
yang berhasil lolos dari serangan tersebut adalah Airlangga yang pada saat itu
sedang melangsungkan pernikahan dengan putri Dharmawangsa. Pada wakti itu usia
airlangga 16 tahun, beserta Narotama ia bersembunyi di hutan sekitar daerah
Wonogiri. Pada tahun 1019 M, Airlangga dinobatkan menjadi raja Kahuripan yang
terletak di bekas reruntuhan kerajaan Medhang. Saat itu bekas kerajaan Medhang
sepeninggal Dharmawangsa merupakan wilayah yang kecil karena setelah terjadinya
Pralaya, wilayah Medhang menjadi terpecah-pecah. Airlangga merupakan raja yang
tersohor dan berpengaruh besar.
Tahun
1028 M, Airlangga memulai usahanya menyatukan kembali wilayah Medhang termasuk
terhadap kerajaan Wengker. Tahun 1031 Wengker bisa ditaklukkan. Pada tahun 1035
kerajaan Wengker ternyata bangkit dan kuat lagi. Airlangga kembali menyerang
Wengker dengan kekuatan pasukan yang besar. Pada tahun 1037 M, Kettu Wijaya
mengalami kekalahan, terpaksa meninggalkan harta benda dan permaisurinya. Kettu
Wijaya lari ke desa Topo kemudian pindah ke Kapang diikuti bebrapa prajuritnya.
Karena terus diserang pasukan Airlangga lari ke Sarosa. Disinlah akhirnya Kettu
Wijaya dapat dikalahkan dan ia dibunh oleh prajuritnya sendiri. Kettu Wijaya
hilang beserta jiwa raganya (muksa). Dengan semikian berakhir riwayat kerajaan
Wengker dibawah pimpinan Kettu Wijaya. Selanjutnya wilayah Wengker menjadi
daerah kekuasaan Airlangga.
Berselang
sekitar 200 tahun muncul kerajaan baru yaitu kerajaan Bantarangin. Terletak di
desa Sumoroto kurang lebih 12km arah barat kota Ponorogo yang masih bagian
wilayah kerajaan Wengker.
Pada
tahun 1078 kerajaan Wengker dipimpin oleh Kelono Sewandono. Rajanya yang
bernama Kelono Sewandono dan patihnya bernama Kelono Wijaya yang masih saudara
kandung. Raja Kelono Sewandono kakaknya memiliki paras yang tampan sampai
dijuluki Tubagus Kelono Sewandono. Sedangkan adiknya berwajah jelek, keningnya
nong nong, mata pendul, bermulut lebar, gigi besar-besar, pundak benjol dan
rambunta gimbal. Meskipun berwajah jelek namun Kelono Sewandono memiliki
kesaktian yang luar, ahli bertapa dan kaya akan mantra-mantra
(Purwowijoyo,1990:14).
Pada
suatu malam Kelono Sewandono bermimpi bertemu dengan putri Kediri yang bernama
Dewi Songgolangit. Keesokan harinya beliau mengutus adiknya yaitu Kelono Wijaya
untuk melamar Dewi Songgolangit ke Kediri. Sang Prabu Kertojoyo raja Kediri
mengetahui jika putrinya ketakutan melihat tamunya yang baru datang, namun akan
menolak takut karena raja Bantarangin itu orangnya sakti mandraguna. Kemudian
dia minta persyaratan untuk proses pernikahan nanti yaitu (Purwowijoyo,1990:15)
:
1. Minta
seperangkat gamelan (gong) yang belum ada di bumi ini dan digunakan untuk
mengiringi jalannya temanten dari Wengker sampai Kediri.
2. Minta
berbagai mcam hewan isi hutan yang dihalau ke Kediri untuk mengisi kebun
binatang
3. Minta
manusia berkepala harimau.
Sesampainya
di Bantarangin segera menyatakan apa saja yang menjadi permintaan Putri Kediri.
Kelono Sewandono murka mendengar apa yang dikatakan adiknya. Permintaan itu
tidak wajar, tidak akan terlaksana, maka kerajaan kediri akan diserang dengan
peperangan. Dengan kesaktian ilmunya seluruh hewan hutan dapat dikumpulkan di
alun-alun lalu merakit alat musik model baru yang terbuat dari bambu dan kayu
seperti seruling (terompet), angklung, ketipung dan gendang. Ketuk, kenong dan
kempul juga dari bambu. Seperangkat alat musik (gamelan) yang terbuat dari
bambu semuanya sudah disiapkan termasuk penabuhnya (pemainnya). Tinggal manusia
berkepala harimau (macan) yang akan diketemukan nanti.
Sesudah
semua persyaratan selesai calon temanten laki-laki yaitu Raja Bantarangin
diiring menuju kerajaan Kediri. Gamelan (musik) dipukul dengan sorak sorai,
gembira, gemuruh laksana batu bata runtuh. Waktu itu Kelono Wijaya tidak boleh
ikut karena nanti akan menakuti Putri Kediri dan dikatakan kakaknya bila ikut
memalukan karena jelek rupanya. Akhirnya mengalah dan menerima untuk menjaga
kerajaan.
Ternyata
Patih Kediri yang bernama Singolodro yang juga disebut Barongseta juga
menghendaki ingin menyunting Dewi Songgolangit. Patih Singolodro itu juga sakti
mandraguna, dan kondang dapat berubah menjadi harimau putih karena itu disebut
Barongseto. Mendengar ramai-ramai gemuruh sorak-sorai masuk kota secepat kilat
dengan penuh keberanian menerjang barisan pengiring pengantin. Para pengiring
temanten bubar lari kesana kemari. Hewan yang digiringpun lari tak karuan hanya
tinggal Barongseta berhadapan dengan Kelono Sewandono.
Keduanya
lalu perang tanding Kelono Sewandono naik kuda sambil membawa tombak Singolodro
membawa tameng dengan sebilah pedang. Singolodro terkena tombak Kelono Sewandono
seketika berubah menjadi harimau gembong yang berwarna putih menubrak musuh
mengenai leher bagian belakang terlepas dari kudanya. Bergulung-gulung antara
harimau dengan manusia. Akhirnya Kelono Sewandono jatuh terbanting dicengkram
oleh harimau. Kemudian dicakar, dicengkeram, dikunyah-kunyah,
dibangting-banting seperti kucing makan tikus dibuat permainan oleh Singolodro.
Kelono
Wijaya yang menunggu kerajaan, merasa malu karena kakaknya menghinanya, malu
mengakui saudaranya karena jelek rupa lalu dia pergi dari kerajaan bertapa di
gunung Wilis menggugat para dewa menuntut keadilan minta wajah yang bagus
seperti kakaknya. Kemudian permintaan itu diterima, turunlah Dewa dari kayangan
memberi topeng mas yaitu topeng manusia yang bagus seperti halnya Kelono Seswandono,
satunya berupa pecut atau cambuk yang diberi nama pecut Samandiman. Setelah Kelono Wijaya sampai di alun-alun Kediri tahu
kakaknya dimakan harimau gembong, lalu didekatinya. Pecut Samandiman diacungkan
diatasnya. Tidak tahu asal usulnya darimana, seketika Singolodro kehabisan
tenaga, lemah lunglai tanpa daya sambil mengaduh.
Kelono
Wijaya menolong kakaknya, dengan mengucap mantra-mantra sambil memegang seluruh
tubuhnya, seketika kekuatan Kelono Sewandono kembali seperti sediakala,
luka-luka sudah hilang, hanya luka bekas cakaran kuku harimau di mukanya yang
tidak bisa pulih. Setelah selesai menolong kakaknya lalu menolong Singolodro.
Diraba seluruh tubuhnya seketika itu berubah menjadi manusia tetapi kepalanya
masih kepala harimau. Ini untuk mencukupi permintaan Dewi Songgolangit yang
ketiga. Dengan kesaktian Kelono Wijaya, hewan-hewan yang tadinya lepas kesana
kemari dengan petikan jari tangan saja sudah datang sendiri, setelah berkumpul
terus menghadap Raja Kediri. Singolodro yang berubah berkepala harimau berada
di belakang jadi genaplah persembahan 3 macam yang menjadi persyaratan Dewi Songgolangit
telah dapat dipenuhi.
Kemudian
diketahui jika putri Songgolangit hilang tidak diketahui kemana arahnya lalu
bersama-sama mencarinya. Sampai disalah satu gunung di sana terdapat gua yang
tertutup batu. Penutup gua itu diketuk dengan jari oleh Singolodro. Batu hancur
lebur, kelihatan Dewi Songgolangit merebahkan tubuhnya dibatu. Kelono Sewandono
senang hatinya, lalu dibujuk di ajak pulang, disanjung akan kecantikannya
diajak ke kerajaan Bantarangin. Karena sepatah katapun Dewi Songgolangit tidak
menjawab Kelono Sewandono marah, karena merasa dihina. Diapun berkata : “Orang
idiajak bicara sepatah katapun kok tidak menjawab hampa diam seperti batu”
terbukti sumpah yang dikatakan Kelono Wijaya, seketika Dewi Songgolangit
berubah menjadi batu, berwujud arca seorang wanita (Purwowijoyo,1990:19).
Kelono
Sewandono lalu menyerah, bila seperti itu memang bukan jodohnya, lalu
diputuskan untuk pulang. Karena pinangannya gagal,akan lewat jalan semula
merasa malu maka mencari jalan lain. Kelono Wijaya ingin Pecut Samandiman
pemberian dewa akan dicoba kesaktiannya. Bermula akan lewat jalan bawah tanah
mulai dari gua yang kemudian disebut gua Selomangleng di gunung Klotok, tanah
dicambuk pecut bisa gusur, bisa berlubang seperti terowongan yang mudah
dilewati. Sampai di kerajaan Bantarangin dapat melihat keluar dengan cara
membelah sungai. Tempat pemunculannya merupakan gua yang yang dinamakan gua
Bedali dari kata mbedhah kali (Jawa).
Karena didalam gua itu terdapat sungai yang airnya mengalir. Selanjutnya Raja
Bantarangin karena merasa kecewa akan menikah yang gagal, dia tidak akan
menikah. Sebagai hiburan yang menjadi gantinya lalu ia memelihara anak
laki-laki yang ganteng atau yang biasa disebut dengan gemblakan. Raja Bantarangin juga dikanal sebagai raja warok
pertama. Warok berasal dari WARA yang memiliki arti pria agung, pria yang
diagungkan.
Sesudah
peristiwa raja Bantarangin, mempunyai peninggalan berupa sepetrangkat gamelan
(musik) terbuat dari bambu. Itu diwariskan kepada rakyat lalu diperagakannya.
Mencontoh perjalanan rajanya seperti itu lalu menjadi sebuah kesenian yang
dinamakan REYOG (Purwowijoyo,1990:20).
Wengker Zaman Majapahit
Dimasa
pemerintahan Airlangga, wilayah kerajaan wengker tidak pernah terjadi peprangan
maupun persengketaan, sebaliknya menjadi daerah yang aman tentram. Airlangga
membagi Kahuripan menjadi dua yaitu Kediri atau Daha dan Jenggala atau Panjalu.
Sepeninggal airlangga terjadi perang saudara antara kedua kerajaan tersebut.
Situasi yang tidak stabil digunakan Wengker menyusun kekuatan baru sehingga
sampai berdirinya Majapahit nama Wengker masih terdengar jelas bahkan hubungan
kedua kerajaan terjalin dengan baik.
Dimasa
pemerintahan Majapahit, Wengker dipimpin oleh seorang raja yang bernama
Kudamerta atau Wijayarajasa. Dalam kitab Nagarakartagama disebutkan “Priya haji sang umunggu Wengker bangun
hyang Upandra Nurun Narpari Wijayarajasanopamana parama-ajnottama”. Bahwa
yang membangun kerajaan Wengker adalah Wijayarajasa sebagai raja pertama.
Kemudian dalam kitab ini juga disebutkan Raden Kudamerta menikah dengan Bhre
Dhaha. Raden Kudamerta berkedudukan di Wengker dengan nama Bhre Parameswara
dari Pamotan yang dikenal dengan nama Sri Wijayarajasa. Yang dimaksud Bhre
Dhaha adalah Dewi Maharajasa adik dari Tribhuwana. Berarti Wijayarajasa adalah
menantu Raden Wijaya.
Selain
menjadi raja Wengker, Wijayarajasa merupakan tokoh yang mempunyai peran besar
di Majapahit antara lain salah satu dari 8 tokoh yang diundang pada waktu
pengangkatan mahapatih Gajahmada tahun 1364 M, diangkat menjadi anggota dewan
Sapta Prabu, menjadi anggota dewan pertimbangan agung tahun 1351 M, mengambil
tindakan tegas terhadap kesalahan yang dilakukan Gajahmada atas peristiwa Bubat
dan mendapat penghargaan dari Tribhuwana Tunggadewi.
Putra
Wijayarajasa yang bernama Susumma Dewi atau Paduka Sori menikah dengan Hayam
Wuruk pada tahun 1357 M, setelah prabu Hayam Wuruk gagal menikah dengan putri
Pajajaran yang meninggal pada peristiwa Bubad. Pernikahan itu merupakan
pernikahan keluarga karena ibu Susumma Dewi adalah adik Tribhuwana Tunggadewi
yang merupakan ibu Hayam Wuruk. Hayam Wuruk dan Susumma Dewi merupakan
sama-sama cucu Raden Wijaya atau Kertarajasa Jayawardhana.
Dari
pernikahan-pernikahan yang melibatkan dua kerajaan yaitu kerajaan Majapahit dan
kerajaan Wengker. Menurut Dr. N.J. Krom, bahwa untuk pergi ke Bubad disamakan
dengan ke Wengker. Seperti kita ketahui bahwa Perang Bubad terjadi sebagai
akibat pernikahan politik yaitu salah satu cara Majapahit menaklukkan kerajaan
disekitarnya. Walaupun wengker adalah daerah kekuasaan Majapahit tetapi
kekuatan Wengker sangat diperhitungkan Majapahit. Kerajaan Wengker jarang
diungkap keadaannya karena peran Wijayarajasa lebih banyak di Majapahit
dibanding memimpin kerajaannya sendiri. Pusat pemerintahan Wengker ketika
dipimpin Wijayarajasa berada di sekitar Kecamatan Sambit Ponorogo. Wijayarajasa
meninggal pada tahun 1310 Saka dan dimakamkan di Manar dengan nama
Wisnubhawano.
Zaman
kepimpinan Wengker dimasa Majapahit berikutnya adalah Dyah Suryawikrama
Girishawardana, ia adalah anak Dyah Kertawijaya. Ia memimpin Wengker sejak
ayahnya masih memimpin pemerintahan Majapahit tahun 1447-1451 M. Setelah
kekosongan kekeuasaan selama tiga tahun ia memimpin Majapahit selama 10 tahun
(1456-1466 M). Dalam kitab Pararaton ia bergelar Bhre Hyang Purwawisesa. Ia
meninggal tahun 1466 M dan dimakamkan di Puri. Sampai masa ini nama Wengker
masih disebut dalam sejarah Majapahit.
Zaman
Majapahit terakhir yaitu Brawijaya V sampai runtuhnya kerajaan Majapahit,
Wengker masih ada. Tetapi yang berkuasa di kerajaan Wengker sudah tidak ada.
Pemerintahannya hanya tinggal daerah Kademangan. Berada di sebelah selatan juga
disebut Kademangan Wengker, Demangnya bernama Kethut Suryangalam. Melihat kata
Ketut kiranya perubahan dari kata Kettu, nama raja Wengker pertama yaitu Kettu
Wijaya. Dapat disimpulkan Ketut Suryangalam masih keturunan Kettu Wijaya.
Demang
Suryangalam kondang akan kedigdayaannya, sakti mandraguna, tidak mempan segala
senjata. Sampai zaman Wengker berakhirnya, rakyatnya beragama Hindu. Memuja
kepada Syiwa, Brahma dan Budhayang arca-arcanya semua ada di Ponorogo.
Zaman Islam Kadipaten Ponorogo
Diakhir
kejayaan Majapahit yang mana wilayah Majapahit terpecah-pecah. Wilayahnya
seperti Demak, Jepara, Tuban, Gresik dan Surabaya memerdekakan diri. Kerajaan
Majapahit itu terakhirnya kerajaan Hindu di Tanah Jawa. Raja yang terakhir
Prabu Brawijaya V juga masih ada Brawijaya VI dan VII tetapi sudah tidak ada
kekuasaan sama sekali. Runtuhnya Majapahit pada tahun 1478 oleh Raja Kediri
atau Daha yang bernama Ronowijaya Girinda Wardana, lalu dikalahkan oleh Adipati
Bintoro Raden Patah. Pusaka kerajaan dan Pendopo kerajaan dipindah ke Demak.
Raden Katong putra Brawijaya V ikut diboyong ke Demak. Demak menguasai
kota-kota pesisir lain seperti Lasem, Tuban, Gresik dan Sedayu. Raden Patah
diakui sebagai pemimpin kota-kota dagang pesisir dengan gelar Sultan.
Raden
Patah merupakan putra Prabu Majapahit dengan putri Cina yang pada waktu itu
hamil muda kemudian diberikan kepada Arya Damar, setelah lahir diberi nama
Raden Patah. Prabu Majapahit yang mempunyai istri putri Cina adalah Brawijaya
terakhir. Arya Damar menyatakan kepada permaisurinya bahwa putranya tersebut
akan menjadi raja Islam yang pertama di Jawa. Sebagaimana kita ketahui bahwa
kerajaan Islam yang pertama di tanah Jawa adalah Demak.
Pada
saat Raden Patah menginjak kerajaan Hidu Majapahit telah mulai runtuh yang
disebabkan perlawanan kaum bangsawan yang telah mendirikan kota di pantai utara
dan mendapat dukungan Islam. Kesempatan ini dipergunakan Raden Patah untuk
menemui Sunan Ampel atau Raden Rahmad. Raden Patah mengutarakan beberapa hal
mengenai Majapahit yang telah lemah. Raden Patah tinggal di rumah Raden Rahmad
untuk belajar beberapa hal setelah cukup diberi kedudukan di Bintoro. Bintoro
dikembangkan atas dasar Islam. Mendengar hal tersebut raja Majapahit Prabu
Brawijaya mengangkat Raden Patah menjadi mangkubumi di Bintoro. Berkat dukungan
para wali, Bintoro berkembang menjadi kerajaan Islam pertama sengan nama Demak
pada tahun 1403 Saka atau tahun 1481 M, dibawah pimpinan Raden Patah dengan
gelar Panembahan Djimbun.
Seiring
munculnya Demak Majapahit semakin parah dilanda krisis, Brawijaya telah direbut
oleh Girishawardana yang sebenarnyatidak berhak atas tahta Majapahit. Pada
waktu raja Brawijaya terakhir, telah memberi kekuasaan kepada Raden Patah yang
kelak kemudian berkembang menjadi kerajaan Demak. Hal yang berbeda dialami
putra Brawijaya V lain yang bernama Raden Katong yang belum mempunyai wilayah
kekuasaan. Hingga terdengar berita bahwa sebelah timur Gunung Lawu ada seorang
demang dari Kutu yang tidak mau menghadap ke Majapahit. Maka Raden Katong
disuruh menghadapkan demang tersebut ke Majapahit. Kemudian Raden Katong di
Demak lalu masuk Islam.
Demang
Kutu tersebut adalah Ki Ageng Suryangalam atau terkenal dengan sebutan Kutu. Ia
merupakan Punggawa Majapahit yang masih termasuk kerabat keraton maka oleh
Prabu Kertabumi atau Brawijaya V, ia diberi jabatan Demang. Kademangan Kutu
atau Surukubeng wilayahnya adalah bekas kerajaan Wengker yang mana seiring
semakin melemahnya Majapahit. Kyai Ageng Kutu meneruskan tata cara dan adat
kerajaan Wengker dahulu. Para pembantu dan punggawanya diajarkan beladiri dan
berperang serta tapa brata.
Raden
Katong datang di Demak. Disertai dengan Seloaji diutus memeriksa bekas kerajaan
Wengker yang ada di sebelah timur Gunung Lawu dan disebelah barat Gunung Wilis
ke selatan sampai laut selatan. Mereka berangkat berdua, sampai sebelah barat
Gunung Wilis bertemu dengan Kyai Ageng Mirah. Kyai Ageng Mirah itu merupakan
putra dari Kyai Ageng Gribig seorang ulama dari Malang. Kyai Gribig putra dari
Wasi Begono. Wasi Begono putra dari Brawijaya V. Kyai Ageng Mirah niatnya akan
menyiarkan agama Islam di Wengker. Tetapi tidak bisa berlangsung karena
penduduk Wengker semua beragama Budha. Mereka kemudian sepakat berjuang
bersama, Raden Katong atas dasar pemerintahan sedangkan Kyai Ageng Mirah atas
dasar penyebearan agama Islam. Mereka selalu koordinasi terhadap apa yang
mereka hadapu dalam perjuangan ini. Kyai Ageng Mirah senang mendapat mitra
Raden Katong karena masih keturunan Majapahit. Masalah Raden Katong adalah Kyai
Ageng Kutu tidak mau menghadap ke Majapahit sedangkan Kyai Ageng Mirah
kesulitan dalam menyebarkan agama Islam. Setelah saling berkenalan dan saling
mengutarakan apa yang menjadi kepentingannya karena sama-sama tujuannya, mereka
bertiga lalu meneruskan perjalanan melakukan pengamatan sampai laut selatan.
Pihak
Raden Katong berusaha melakukan pendekatan persuasif terhadap pihak Ki Ageng
Kutu, antara lain dilakukan Kyai Ageng Mirah terhadap Kyai Ageng Kutu secara
dialogis agar Kyai Ageng Kutu bersedia mengahdap ke Majapahit. Tetapi Kyai
Ageng Kutu menolak dengan alasan antara lain kerajaan Majaphit yang memberi
pintu bagi penyebaran agama Islam padahal wilayah Wengker kebanyakan menganut
agama sendiri yaitu Hindu dan Budha. Kyai Ageng Kutu menganggap penyebaran
Islam yang dipimpin Raden Patah justru Majapahit mengangkatnya menjadi penguasa
Demak Bintoro. Kyai Ageng Mirah menjelaskan bahwa pengangkatan Raden Patah
tidak salah karena masih putra Brawijaya V. Teteapi Kyai Ageng Kutu tetap
menganggap hal yang dilakukan Majapahit merupakan hal yang menyalahi aturan kerajaan
sendiri. Akhirnya upaya dialogis yang dilakukan Kyai Ageng Mirah gagal.
Upaya persuasif dari pihak Raden Katong yang gagal dilaporkan kepada
Prabu Brawijaya V, dan langkah yang dilakukan Brawijaya adalah mengirim pasukan
Majapahit untuk menumpas Kyai Ageng Kutu. Rombongan pasukan tersebut di pimpin oleh Raden
Katong. Pada dasarnya Raden Katong tidak
mau bermusuhan dengan pihak Wengker mengingat jasa Kyai Ageng Kutu terhadap
Majapahit begitu banyak. Tetapi Seloaji memberi nasihat bahwa apa yang dianggap Kyai Ageng Kutu benar adalah menurut Kyai Ageng Kutu sendiri,
sedangkan pihak kerajaan menganggap hal yang menyalahi peraturan dan Raja pun
langsung memerintahkan untuk menumpas, maka ia menasehati Raden Katong untuk tidak
ragu-ragu dalam bertindak.
Kemudian terjadilah
peperangan antara tentara Majapahit yang dipimpin Raden Katong beserta Kyai Ageng Mirah dan
Seloaji serta beberapa tokoh lain. Jalannya peperangan termasuk didalamnya
strategi perang yang dilakukan. Maka pada tahun 1468 M, Kutu sebagai ibukota Wengker jatuh ke tangan Raden Katong dan bala
tentaranya. Kyai Ageng Kutu bisa dikalahkan tetapi tidak ditemukan jasadnya atau
musnah di bukit yang kemudian disebut dengan Gunung Bacin. Kyai Honggolono sebagai
tangan kanan Kyai Ageng Kutu Tewas dalam pertempuran ini. Raden Katong sangat
terharu melihat kematian Ki Honggolono dan musnahnya Kyai Ageng Kutu mengingat
mereka berdua adalah para perwira yang berjasa besar kepada Majapahit terutama
ketika merebut kembali Wengker yang sempat dikuasai Kediri. Konsolidasi dalam
keluarga Kyai
Ageng Kutu juga dilakukan antara lain menikahi dua putri Kyai Ageng Kutu yaitu Niken
Sulastri dan Niken Gandini, putra pertama Kyai Ageng Kutu yang bernama Surohandoko
menggantikan kedudukan ayahnya di Kademangan Kutu, Suryongalim dijadikan Kepala
Desa di Ngampel, Warok Gunoseco menjadi kepala desa di Siman, Waro Tromejo di
Gunung Loreng Slahung.
Setelah selesai kemudian kembali ke Demak, Kyai
Ageng Mirah ikut sampai Demak. Setelah beberapa bulan di Demak, Raden Katong,
Seloaji dan Kyai Ageng Mirah diutus kembali ke Wengker dengan diberi pangkat.
Raden Katong diangkat menjadi Adipati bergelar Kanjeng Panembahan Batara
Katong. Maka diberi nama Batara, karena Wengker rakyatnya semua beragama Budha
(Purwowijoyo,1990:23).
Terjadinya Ponorogo
Pada
suatu hari, yang kebetulan pada saat malam jumat bulan purnama, Raden Katong,
Seloaji, Kyai Ageng Mirah dan Jayadipo duduk bersama di oro-oro (tanah gersang
dan luas) untuk mengadakan musyawarah. Kemudian Raden Katong memulai pembicaraan,
“Bapa Mirah, saya minta Bapa memikirkan pusat kota yang akan kita bangun ini,
dimana dan bagaimanakah sebaiknya sebaiknya tempat untuk pendirian pusat kota
itu diletakkan?” (Purwowijoyo,1985:39-40).
Kemudian
Kyai Mirah menjawab, “Begini Raden, kalau untuk pusat kota sebaiknya kita pilih
yang berbentuk Bathok Mengkureb (tempurung tengkurap). Itulah tanah dan tempat
yang sebaik-baiknya untuk dihuni” (Purwowijoyo,1985:40).
Kemudian
Jayadipo yang lebih mengenal daerah itu menyambung, “Raden, kalau berkenan dan
sudi mendengar pendapat saya, untuk pusat kota Raden saya silahkan memilih
ditengah-tengah tanah yang luas itu. Marilah sekarang saja kita semua kesana!
Saya persilahkan Raden dan semua untuk melihat! (Purwowijoyo,1985:40).
Empat
orang tersebut terheran-heran, semua melihat dengan sungguh-sungguh arah yang
ditunjuk Jayadipo. Seloaji dan Kyai Ageng Mirah tidak melihat sesuatu apapun
yang ada disana, akan tetapi Raden Katong melihat ada sesuatu di tengah-tengah
padang rumput yang luas. Raden Katong melihat benda berbeda berjumlah tiga
buah. Raden Katong bertanya kepada Jayadipo, “Kakang Jayadipo, saya melihat ada
tombak, payung yang sedang terbuka dan satunya lagi saya kurang begitu jelas.
Benda apakah itu kakang? Apakah maksud kakang menunjukkan benda ini kepada
kami?” (Purwowijoyo,1985:40).
Raden
diminta untuk menyembah tiga kali. Setelah menyembah tiga kali barulah Seloaji
dan Kyai Ageng Mirah dapat menyaksikan keberadaan tiga benda tersebut. jayadipo
mengatakan bahwa dia dan kakaknya bernama Jayadrono adalah abdi ari ayahanda
yaitu Prabu Brawijaya V. Adapun pusaka itu ada disini karena kamilah yang
membawanya. Dahulu ayahanda bersabda, jika kelak ada orang yang dapat melihat
pusaka ini, itulah tanda kesetiaan Sang Prabu kepada orang itu maka berikanlah
pusaka itu, selain itu Sang Prabu juga bersabda bahwa dahulu Katong memang
diharapkan untuk menjadi raja menggantikan Sang Prabu. Itulah titah dari
Ayahanda dan sekarang radenlah yang mewarisinya. Payung ini bernama Payung
Tunggul Wulung, adapun tombak ini bernama Tombak Tunggul Naga dan satunya
berupa sabuk yang bernama Sabuk Cinde Puspito.
Raden
Katong menyembah tiga kali lalu mengambil payung Tunggu Wulung, Seloaji
mengambil tombak Tunggul Naga, sedangkan Kyai Ageng Mirah mengambil sabuk (ikat
pinggang) Cinde Puspita. Setelah ketiga barang itu diambil, terdengar suara
gemuruh tiga kali. Bersamaan dengan itu, tanah berhamburan ke atas dan jatuh ke
kanan kiri. Tanah yang berjatuhan tadi akhirnya menjadi gundukan tanah sebanyak
lima puluh buah. Adapun tempat suara gemuruh terjadi, muncullah gua dengan
lobang menganga. Kelak setelah empat puluh hari gua tersebut tertutup kembali
seperti semula. Oleh Jayadipo gua tadi diberi nama Gua Sigala-gala. Adapun gundukan tanah tadi diberi nama Gunung Lima dan Gunung Sepikul dari situlah asal muasal Ponorogo
(Purwowijoyo,1985:41).
Tiga orang disertai empat puluh santri yang sudah
bisa membaca Qur’an dan mengerti maknanya. Diperintah babat di hutan Wengker
membangun desa sampai menjadi kota. Semua kebutuhan dicukupi, berupa alat
pembabat hutan, peralatan pertanian dan perkakas rumah tangga. Hanya waktu itu
keluarga, anak dan istri tidak boleh ikut.
Sampai di sebelah barat Gunung Wilis, sebelah
timur Gunung Lawu disana mereka istirahat. Ketepatan ditempat yang banyak glagahnya dan tanahnya berbau wangi,
disitulah mulai dibabat. Babatan baru
itu tadi dinamakan “Glagahwangi”. Orang
yang berjumlah 40 dibagi menjadi empat kelompok yaitu utara 10, timur 10,
selatan 10 dan barat 10 orang kemudian Raden Katong, Seloaji dan Kyai Ageng
Mirah ditengah sebagai pengawas dan komando (Purwowijoyo, 1990: 23).
Musyawarah
berlanjut untuk memberikan nama kota yang akan didirikan tersebut. setelah
mufakat dan kemauan terikat mereka memutuskan kota bernama Pramanaraga. Pramana artinya perana yaitu menyatunya sumber cahaya
dari matahri, bulan dan bumi yang berpengaruh menyinari kehidupan manusia yang
digelar di alam raya. Ketiga unsur tersebut dinamakan Trimurti, bertempat dan
menyatu dengan badan manusia menjadi mani. Mani laki-laki yang bercampur
perempuan mendapat sabda dari kehendak Yang Maha Kuasa menjelma menjadi
manusia. Jadi Pramana dan raga diumpamakan seperti madu dan manisnya, atau
bunga dan sarinya, umpama api dan nyalanya. Sedangkan pana berarti mengerti
akan segala situasi, mengerti dengan pemahaman yang sesungguhnya.
Setelah dapat tertata, lalu membuat kota dan
berdasar putusan musyawarah nama Kadipaten Barunya PONOROGO. Dari kata Sankrit (sansekerta) Pramana Raga, disingkat
menjadi Ponorogo. Pono artinya sudah mengerti semuanya, lahir dan batin
sedangkan Rogo itu badan maknanya sudah mengerti pada raganya, bisa menempatkan
diri artinya tepo seliro (Purwowijoyo,1990:23). Jadi Ponorogo berarti manusia
yang telah mengetahui, mengerti kepada dirinya sendiri yaitu manusia yang sudah
mengetahui unggah-ungguh (sopan santun) atau manusia yang sudah mengerti
tentang tata krama (Purwowijoyo,1985:41).
Kemudian esok harinya, sewaktu fajar menyingsing,
terdengar suara riuh rendah bunyi-bunyian, kentongan, bende, lesung, dan alat
bunyi yang lain dipukul bersamaan sebagai pertanda lahirnya kota baru
Pramanaraga. Pada hari Minggu Pon, bulan Besar tahun 1486 M diresmikan sebagai
berdirinya kota Ponorogo, menjadi daerah Kabupaten. Adipatinya disebut Kanjeng
Panembahan Batara Katong, Patihnya Seloaji, dan Penghulu agamanya Kyai Ageng
Mirah. Kemudian berkeliling kota hingga pelosok desa. Disetiap tempat dipasang
pengumuman tentang pendirian kota baru itu. Mulailah Pramanaraga dikenal
masyarakat sebagai kota kadipaten yang baru. Sekarang kota Pramanraga terkenal
dengan sebutan Ponorogo.
Berdirinya kota ini diperingati atau ditulis pada
batu menggunakan Candra Sengkolo Memet.
Candra Sengkolo Memet itu berupa gambar atau bangunan berupa gambar 4
jumlahnya, yaitu urut dari arah ke kanan, 1. Gambar orang semedi (bertapa), 2.
Gambar pohon beringin, 3. Gambar garuda terbang, 4. Gambar Gajah. Pencipta
memberi arti orang 1, beringin (kayu) 4, burung terbang 0, gajah 8 jadi dapat
dibaca 1408 dalam hitungan Saka (Purwowijoyo,1990:24).
Kemudian jangka sepuluh tahun, membuat prasasti
lagi di batu. Tertulis aksara Jawa, angka aksara Jawa 1418 tahun Saka atau 1496
M itu merupakan peringatan mulai patihnya Demang Suryongalam. Ponorogo sudah
tidak ada keributan lagi. Para Warokan dan Warok yang semula suka mengganggu
kepada para santri sudah tidak mengganggu lagi. Para pemimpin desa, tetua para
warok bersama-sama pergi ke Kadipaten untuk menyerahkan diri dan minta tuntunan
hidup bermasyarakat.
Para pamong praja, mulai demang, palang mantri,
para bupati, prajurit dipenuhi. Pejabat lainnya dicukupi lebih-lebih
permasalahan pertanian. Raden Katong sendiri selalu memberi contoh, mempunyai
kebun merica di desa Mrican dan desa Sahang Ngebel (sahang=merica). Juga
beternak hewan seperti sapi, kerbau dan kuda. Selama 10 tahun kota Ponorogo
menjadi aman tentram, tidak ada curi-mencuri, perampokan atau brandal
(Purwowijoyo,1990:24).
Sebelum itu situasi kota tidak aman tenteram,
lebih-lebih usaha perkembangannya agama Islam selalu mendapat rintangan. Nama
santri itu dimana saja terlihat berbeda, sebab busananya serba putih, sarung
putih, baju takwa model cina juga putih. Padahal pakaian penduduk aslinya serba
hitam. Jadi kelihatan mencolok bedanya. Jika ada santri lewat jalan melewati
rumah penduduk asli, untung-untungnya hanya dijuluki, ujarnya : Santri Buki (santri Busuk”.
Celakanya lagi kadang-kadang diejek agar marah. Jika marah lalu diajak gulat,
bila sial ada juga yang meludahi (Purwowijoyo, 1990:24).
Berdasar kenyataan seperti itu Raden Katong dan
Kyai Mirah lalu mengatur atau menyiasati santri, bila keluar dari rumah akan
mengajar mengaji, tidak boleh sendirian, harus ada temannya paling tidak 3 – 5
orang (Purwowijoyo,1990:24).
Kesimpulan
Dari
peristiwa itu dapat kita ketahui mengenai sejarah perjalanannya kerajaan
Wengker hingga berdirinya Ponorogo. Kerajaan Wengker yang terkenal selama
kurang lebih 500 tahun. Walaupun kerajaan Wengker kerajaan yang kecil tetapi
sangat diperhitungkan kekuatannya oleh kerajaan-kerajaan besar seperti
Kahuripan dan Majapahit serta peletak dasar-dasar pemerintahan, politik,
ekonomi, sosial dan budaya dari daerah Ponorogo ini.
Nama
Ponorogo bermula dari Pramanaraga kemudian lama kelaman kata Pramanaraga
berubah menjadi Ponorogo. Pono bermakna pandai, mengerti sedangkan Rogo
bermakna badan. Ponorogo berdiri pada tahun 1486 M. Dengan Adipati bernama
Raden Katong, Patihnya Seloaji dan Penghulu (pemuka) agamanya Kyai Ageng Mirah.
Berdirinya Ponorogo ini tidak terlepas dari perjuanga tiga orang yang sangat
berjasa yaitu Raden Katong, Seloaji dan Kyai Ageng Mirah. Dari usaha mereka
agama Islam tersebar luas di daerah Ponorogo meskipun sebelumnya ada
pertentangan-pertentangan dengan adanya Islam. Karena dulunya semua warga di
Wengker ini menganut agama Hindu dan Budha. Kemudian Ponorogo menjadi kota yang
aman tentram, terbebas dari pencuri dan para brandalan.
Daftar Rujukan
Krist,
A. 2012. Kerajaan Wengker Masa Lalu
Ponorogo. (online), (http://pilgrim74.wordpress.com/2012/02/16/kerajaan-wengker-masa-lalu-ponorogo/). Diakses pada tanggal
24 November 2012.
Purwowijoyo.
1985. Babad Ponorogo Jilid I.
Ponorogo : Depdikbud Kantor Kabupaten Ponorogo.
Purwowijoyo.
1990. Babad Ponorogo Jilid VII : Ponorogo
Zaman Belanda. Ponorogo : Depdikbud Kantor Kabupaten Ponorogo.
Suwito,
E. 2011. Kerajaan Wengker Sebelum
Majapahit. (online), (http://erlienshu.blogspot.com/2011/11/kerajaan-wengker-sebelum-majapahit.html). Diakses pada tanggal
24 November 2012.
bagus
BalasHapusAssalamualaikum wrb,saya Sri Wardani asal Solo niat saya hanya ingin berbagi kebaikan khusus kepada orang yang mengalami kesusahan,percaya tidak percaya semua kembali pada pembaca postingan saya,awalnya saya seorang pengusaha yang bisa dibilang sukses,tapi banyak yang tidak suka kalau saya sukses,bisnis saya bangkrut dan saya sempat jadi pemulung saya punya anak dua dan mash kecil2,saya sempat putus asa dan tidak tau mau berbuat apa,saya sempat putus asa dan saya sempat mau mengakhiri hidup,tapi setiap saya melihat anak saya semua putus asa saya hilang,tampa disengaja ada seseorang member saya saran dia menyarangkan saya untuk menghubungi Ki Abdullah,beliau memberikan saran yang tidak melenceng dari ajaran agama,awalnya sih saya ragu tai sayaberanikan diri menciba saran dari Aki,syukur Alhamdulillah dengan saran beliau saya sekarang sukses kembali dan saya bisa biayai sekolah anak saya sampai selesai,teimah kasih Ki berkat aki saya bisa sukses kembali,ini pengalaman pribadi saya khusus bagi teman2 yang sempat baca dan punya masalah silahkan hub Aki Abdullah di nomor 0823-3975-5544 insya allah dikasi solusi ,ini pengalaman saya khusus yang serius saja silahkan hub beliau,terimah kasih kepada yang punya room ini karna saya sempat berbagi pengalaman dan mudah2han bisa membantu,assalamualaikum wrb.
HapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
HapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
trims artikelnya. sangat menambah wawasan + dilengkapi rujukan
BalasHapusDimana bisa saya dapatkan buku babad ponorogo karya poerwowidjojo ?
BalasHapusHem cerita klononya gak bener
BalasHapusHem cerita klononya gak bener..
BalasHapusKlono sewandono gk bgtu. Songgolanget gak jdi batu.
Klono sewandono tdak bi bantu adeknya. Pecut samandiman cm milik klonosewandono
untuk buku babad ponorogo karya poerwowidjojo itu bisa di dapetin di perpustakaan daerah.disitu ada
BalasHapusAssalamualaikum wrb,saya Sri Wardani asal Solo niat saya hanya ingin berbagi kebaikan khusus kepada orang yang mengalami kesusahan,percaya tidak percaya semua kembali pada pembaca postingan saya,awalnya saya seorang pengusaha yang bisa dibilang sukses,tapi banyak yang tidak suka kalau saya sukses,bisnis saya bangkrut dan saya sempat jadi pemulung saya punya anak dua dan mash kecil2,saya sempat putus asa dan tidak tau mau berbuat apa,saya sempat putus asa dan saya sempat mau mengakhiri hidup,tapi setiap saya melihat anak saya semua putus asa saya hilang,tampa disengaja ada seseorang member saya saran dia menyarangkan saya untuk menghubungi Ki Abdullah,beliau memberikan saran yang tidak melenceng dari ajaran agama,awalnya sih saya ragu tai sayaberanikan diri menciba saran dari Aki,syukur Alhamdulillah dengan saran beliau saya sekarang sukses kembali dan saya bisa biayai sekolah anak saya sampai selesai,teimah kasih Ki berkat aki saya bisa sukses kembali,ini pengalaman pribadi saya khusus bagi teman2 yang sempat baca dan punya masalah silahkan hub Aki Abdullah di nomor 0823-3975-5544 insya allah dikasi solusi ,ini pengalaman saya khusus yang serius saja silahkan hub beliau,terimah kasih kepada yang punya room ini karna saya sempat berbagi pengalaman dan mudah2han bisa membantu,assalamualaikum wrb.
BalasHapushttps://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/resep-kue-natal-istimewa-chocolate.html
BalasHapushttps://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/7-langkah-yang-harus-dilalui-sebelum.html
https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/kereta-api-di-india-tabrak-5-ekor-gajah.html
Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
SITUS JUDI KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
dengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
• AduQ
• BandarQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• FaceBook : @TaipanQQinfo
• WA :+62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
Come & Join Us!!
Berarti kerajaan Bantar angin sejaman dengan kerajaan Kediri, dan kerajaan wengker sejaman dengan Majapahit.
BalasHapussangat berguna kak infonya
BalasHapusofficial store