Kamis, 20 Desember 2012

MELATI RONCE WARISAN BUDAYA BANGSA MEMUPUK NASIONALISME


ABSTRAK :
Rasa cinta tanah air atau nasionalisme selalu dipertanyakan dan digembor-gemborkan. Tidak hanya di kalangan militer, pegawai negeri, ataupun demonstran. Para pelajar juga memertanyakan dan dipertanyakan tentang nasionalisme. Dunia pendidikan berupaya menanamkan nasionalisme melalui bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Di sisi lain masyarakat menanamkannya secara tidak langsung kepada generasi muda.
Kata kunci : nasionalisme, warisan, budaya

Dunia pendidikan, tingkat menengah khususnya, selama ini terlihat sangat berperan dalam penanaman nasionalisme pada generasi muda. Hal ini terutama kita dapatkan dalam bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Dalam bidang studi ini kita diajarkan bahwa sikap nasionalisme harus sesuai nilai-nilai Pancasila yang sudah dirumuskan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Bidang studi lain yang memaparkan beberapa wujud nasionalisme adalah sejarah. Bidang studi ini memaparkan wujud nasionalisme pada era sebelum dan awal terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Di sisi lain ada guru yang lebih berkesan dalam menanamkan rasa nasionalisme. Guru yang lebih tanpa pamrih dari tenaga pendidik yang ada di instansi-instansi pemerintah. Guru ini mengajarkan dan menanamkan rasa nasionalisme dan nilai-nilai luhur bangsa melalui warisan budaya. Salah satunya adalah merangkai bunga melati untuk hiasan pengantin yang lebih dikenal dengan melati ronce.
Budaya merangkai bunga melati ini ditekuni oleh warga Lumpang Bolong. Tidak sekedar merangkai bunga melati menjadi hiasan pengantin, warga juga memiliki kebun bunga melati dan sedap malam yang merupakan bahan utama dalam merangkai hiasan pengantin ini. Industri rumahan ini berjalan sejak awal tahun 2000.
Sejak awal tahun 2000 para petani melati dan bunga sedap  malam mulai mengirimkan hasil panen mereka untuk dirangkai menjadi hiasan pengantin. Para petani yang memiliki kebun seluas +/- 15x60 meter ini mengirimkan hasil panen ke rumah warga di sekitar perkebunan mereka bahkan mungkin tetangga mereka sendiri.
Hampir setiap rumah menjadi tempat berkumpul bagi warga yang meronce melati. Satu rumah terdapat empat sampai sepuluh peronce melati. Peronce melati tidak hanya ibu-ibu saja, para remaja juga turut membantu terutama remaja putri. Melati ronce dibuat sesuai pesanan, biasanya pemesan memesan satu set melati ronce untuk pernikahan. Dalam satu minggu mereka menyelesaikan satu set hiasan pengantin untuk satu keluarga. Para peronce ini biasanya mengerjakan secara beramai-ramai pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu.
Melati ronce merupakan rangkaian bunga melati yang masih kuncup dirangkai menjadi satu. Tentu saja melati ini tidak asal dirangkai, melati-melati segar yang masih kuncup ini dirangkai menjadi hiasan yang biasa dikenakan oleh pengantin dalam adat Jawa. Ternyata pembuatan melati ronce ini tidak dikerjakan oleh mesin pabrik tapi secara manual. Warga desa Lumpang Bolong merangkai bunga-bunga melati ini secara manual. Melati-melati ini berasal dari kebun-kebun melati milik beberapa warga setempat. Hasil panen para petani melati ini tidak dikirim ke pabrik ataupun ke salon melainkan ke rumah warga sekitar untuk dirangkai.
Kegiatan meronce melati ini ditekuni warga Lumpang Bolong sejak tahun 2000. Selain sebagai sumber mata pencaharian hal ini juga diajarkan kepada anak-cucu mereka. Ini merupakan salah satu penanaman rasa cinta tanah air secara tidak langsung. Dunia pendidikan, tingkat menengah khususnya, selama ini terlihat sangat berperan dalam penanaman nasionalisme pada generasi muda. Hal ini terutama kita dapatkan dalam bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Dalam bidang studi ini kita diajarkan bahwa sikap nasionalisme harus sesuai nilai-nilai Pancasila yang sudah dirumuskan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Bidang studi lain yang memaparkan beberapa wujud nasionalisme adalah sejarah. Bidang studi ini memaparkan wujud nasionalisme pada era sebelum dan awal terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun, dilihat prakteknya warisan budaya cukup efektif untuk menanamkan rasa cinta tanah air kepada generasi muda.



Ekspresi dan Performaransi
Merangkai bunga melati ini tidak membutuhkan alat yang rumit. Ini seperti membuat handicraft. Cukup sediakan gunting, benang warna putih atau hijau, jarum, baskom, es batu, dan tentunya bunga melati yang masih kuncup.
Tidak ada makna simbolik dari alat-alat yang digunakan. Di dini es batu berfungsi menjaga agar melati-melati tersebut tetap segar dan tidak layu. Tapi kita juga tidak boleh menempatkan melati-melati tersebut satu wadah dengan jumlah es yang terlalu banyak karena dikhawatirkan kuncup-kuncup tersebut akan mekar. Dalam satu baskom melati cukup satu bongkahan es batu berukuran sedang.
Sejak awal tahun 2000 para petani melati dan bunga sedap  malam mulai mengirimkan hasil panen mereka untuk dirangkai menjadi hiasan pengantin. Para petani yang memiliki kebun seluas +/- 15x60 meter ini mengirimkan hasil panen ke rumah warga di sekitar perkebunan mereka bahkan mungkin tetangga mereka sendiri.
Hampir setiap rumah menjadi tempat berkumpul bagi warga yang meronce melati. Satu rumah terdapat empat sampai sepuluh peronce melati. Peronce melati tidak hanya ibu-ibu saja, para remaja juga turut membantu terutama remaja putri. Melati ronce dibuat sesuai pesanan, biasanya pemesan memesan satu set melati ronce untuk pernikahan. Dalam satu minggu mereka menyelesaikan satu set hiasan pengantin untuk satu keluarga. Para peronce ini biasanya mengerjakan secara beramai-ramai pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu. Sangat disayangkan beberapa hari mendatangi rumah warga, melati ronce ini belum ada yang jadi.

Nilai-Nilai yang Terkandung
Melati juga sering menjadi alat pelengkap berbagai tradisi yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia seperti dalam upacara perkawinan. Hal ini tidak terlepas dari makna filosofis bunga melati. Bunga yang melambangkan kesederhanaan ini tumbuh liar dan berbunga kecil. Warnanya yang putih dan tidak mencolok melambangkan kesucian dan keelokan budi. Aroma harum yang lembut dan tidak menusuk hidung memberikan makna dan kesan lembut, nyaman, dan tenang. Perawatannya juga tidak rumit karena bunga ini tumbuh subur di negara Indonesia dan tidak tergantung pada musim. Maka sepatutnyalah bunga ini ditetapkan sebagai puspa bangsa dari tiga bunga nasional.
Dari filosofi bunga melati di atas kita dapat belajar nilai kesederhanaan. Meskipun pernikahan adat terkesan mewah, dengan kehadiran puspa bangsa ini bisa menampilkan kemewahan yang sederhana, tidak berlebihan, dan kita juga bisa merasakan kesakralan adat. Aromanya yang lembut benar-benar memberikan ketenangan bagi siapapun yang menghirup aromanya.
Kesan-kesan dari puspa bangsa ini juga mengingatkan kita tingkah laku yang baik sebagai orang timur. Sebagai bangsa yang ramah, gemah ripah loh jinawi, kita sudah semestinya belajar dari bunga melati. Kesederhanaan yang mencerminkan keelokan budi dan aroma lembut yang memberikan kenyamanan dan ketenangan patut dipelajari.
Meronce melati bisa menjadi sarana alternatif untuk meningkatkan rasa cinta tanah air. Dengan meronce melati kita mengagumi, menghargai, dan memaknai si puspa bangsa. Kita akan terus ingat filosofi si puspa bangsa yang patut dicontoh. Sehingga kita semakin mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengharumkan nama bangsa Indonesia di mata dunia internasional dengan tingkah laku yang berbudi pekerti.


2 komentar:

  1. Wahh artikelnya bagus dan bermanfaat banget nih
    Kunjungi juga www.smartkiosku.com atau www.serbamultimedia.com

    BalasHapus