ABSTRAK :
Rasa
cinta tanah air atau nasionalisme selalu dipertanyakan dan digembor-gemborkan.
Tidak hanya di kalangan militer, pegawai negeri, ataupun demonstran. Para
pelajar juga memertanyakan dan dipertanyakan tentang nasionalisme. Dunia
pendidikan berupaya menanamkan nasionalisme melalui bidang studi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Di sisi lain masyarakat menanamkannya secara
tidak langsung kepada generasi muda.
Kata kunci : nasionalisme, warisan, budaya
Dunia pendidikan, tingkat menengah khususnya, selama
ini terlihat sangat berperan dalam penanaman nasionalisme pada generasi muda.
Hal ini terutama kita dapatkan dalam bidang studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Dalam bidang studi ini kita diajarkan bahwa sikap nasionalisme
harus sesuai nilai-nilai Pancasila yang sudah dirumuskan dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Bidang studi lain yang memaparkan beberapa wujud nasionalisme
adalah sejarah. Bidang studi ini memaparkan wujud nasionalisme pada era sebelum
dan awal terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Di sisi lain ada guru yang lebih berkesan dalam
menanamkan rasa nasionalisme. Guru yang lebih tanpa pamrih dari tenaga pendidik
yang ada di instansi-instansi pemerintah. Guru ini mengajarkan dan menanamkan
rasa nasionalisme dan nilai-nilai luhur bangsa melalui warisan budaya. Salah
satunya adalah merangkai bunga melati untuk hiasan pengantin yang lebih dikenal
dengan melati ronce.
Budaya merangkai bunga melati ini ditekuni oleh
warga Lumpang Bolong. Tidak sekedar merangkai bunga melati menjadi hiasan
pengantin, warga juga memiliki kebun bunga melati dan sedap malam yang
merupakan bahan utama dalam merangkai hiasan pengantin ini. Industri rumahan
ini berjalan sejak awal tahun 2000.
Sejak awal tahun 2000 para petani melati dan bunga
sedap malam mulai mengirimkan hasil
panen mereka untuk dirangkai menjadi hiasan pengantin. Para petani yang memiliki
kebun seluas +/- 15x60 meter ini mengirimkan hasil panen ke rumah warga di
sekitar perkebunan mereka bahkan mungkin tetangga mereka sendiri.
Hampir setiap rumah menjadi tempat berkumpul bagi
warga yang meronce melati. Satu rumah
terdapat empat sampai sepuluh peronce melati.
Peronce melati tidak hanya ibu-ibu
saja, para remaja juga turut membantu terutama remaja putri. Melati ronce dibuat sesuai pesanan, biasanya
pemesan memesan satu set melati ronce untuk
pernikahan. Dalam satu minggu mereka menyelesaikan satu set hiasan pengantin
untuk satu keluarga. Para peronce ini
biasanya mengerjakan secara beramai-ramai pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu.
Melati
ronce merupakan rangkaian bunga melati yang masih kuncup dirangkai menjadi
satu. Tentu saja melati ini tidak asal dirangkai, melati-melati segar yang
masih kuncup ini dirangkai menjadi hiasan yang biasa dikenakan oleh pengantin
dalam adat Jawa. Ternyata pembuatan melati ronce ini tidak dikerjakan oleh
mesin pabrik tapi secara manual. Warga desa Lumpang Bolong merangkai
bunga-bunga melati ini secara manual. Melati-melati ini berasal dari kebun-kebun
melati milik beberapa warga setempat. Hasil panen para petani melati ini tidak
dikirim ke pabrik ataupun ke salon melainkan ke rumah warga sekitar untuk
dirangkai.
Kegiatan
meronce melati ini ditekuni warga Lumpang Bolong sejak tahun 2000. Selain sebagai
sumber mata pencaharian hal ini juga diajarkan kepada anak-cucu mereka. Ini
merupakan salah satu penanaman rasa cinta tanah air secara tidak langsung. Dunia pendidikan, tingkat menengah khususnya, selama
ini terlihat sangat berperan dalam penanaman nasionalisme pada generasi muda.
Hal ini terutama kita dapatkan dalam bidang studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.
Dalam bidang studi ini kita diajarkan bahwa sikap
nasionalisme harus sesuai nilai-nilai Pancasila yang sudah dirumuskan dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Bidang studi lain yang memaparkan beberapa wujud
nasionalisme adalah sejarah. Bidang studi ini memaparkan wujud nasionalisme
pada era sebelum dan awal terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Namun,
dilihat prakteknya warisan budaya cukup efektif untuk menanamkan rasa cinta
tanah air kepada generasi muda.
Ekspresi
dan Performaransi
Merangkai
bunga melati ini tidak membutuhkan alat yang rumit. Ini seperti membuat
handicraft. Cukup sediakan gunting, benang warna putih atau hijau, jarum,
baskom, es batu, dan tentunya bunga melati yang masih kuncup.
Tidak
ada makna simbolik dari alat-alat yang digunakan. Di dini es batu berfungsi
menjaga agar melati-melati tersebut tetap segar dan tidak layu. Tapi kita juga
tidak boleh menempatkan melati-melati tersebut satu wadah dengan jumlah es yang
terlalu banyak karena dikhawatirkan kuncup-kuncup tersebut akan mekar. Dalam
satu baskom melati cukup satu bongkahan es batu berukuran sedang.
Sejak awal tahun 2000 para petani melati dan bunga
sedap malam mulai mengirimkan hasil
panen mereka untuk dirangkai menjadi hiasan pengantin. Para petani yang
memiliki kebun seluas +/- 15x60 meter ini mengirimkan hasil panen ke rumah
warga di sekitar perkebunan mereka bahkan mungkin tetangga mereka sendiri.
Hampir setiap rumah menjadi tempat berkumpul bagi
warga yang meronce melati. Satu rumah
terdapat empat sampai sepuluh peronce melati.
Peronce melati tidak hanya ibu-ibu
saja, para remaja juga turut membantu terutama remaja putri. Melati ronce dibuat sesuai pesanan, biasanya
pemesan memesan satu set melati ronce untuk
pernikahan. Dalam satu minggu mereka menyelesaikan satu set hiasan pengantin untuk
satu keluarga. Para peronce ini
biasanya mengerjakan secara beramai-ramai pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu. Sangat
disayangkan beberapa hari mendatangi rumah warga, melati ronce ini belum ada
yang jadi.
Nilai-Nilai yang Terkandung
Melati juga sering menjadi alat pelengkap
berbagai tradisi yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia seperti dalam
upacara perkawinan. Hal ini tidak terlepas dari makna filosofis bunga melati. Bunga
yang melambangkan kesederhanaan ini tumbuh liar dan berbunga kecil. Warnanya
yang putih dan tidak mencolok melambangkan kesucian dan keelokan budi. Aroma harum yang lembut dan tidak menusuk hidung memberikan
makna dan kesan lembut, nyaman, dan tenang. Perawatannya juga tidak rumit karena bunga ini tumbuh subur di
negara Indonesia dan tidak tergantung pada musim. Maka sepatutnyalah bunga ini
ditetapkan sebagai puspa bangsa dari tiga bunga nasional.
Dari filosofi bunga melati di atas kita
dapat belajar nilai kesederhanaan. Meskipun pernikahan adat terkesan mewah,
dengan kehadiran puspa bangsa ini bisa menampilkan kemewahan yang sederhana,
tidak berlebihan, dan kita juga bisa merasakan kesakralan adat. Aromanya yang
lembut benar-benar memberikan ketenangan bagi siapapun yang menghirup aromanya.
Kesan-kesan dari puspa bangsa ini juga
mengingatkan kita tingkah laku yang baik sebagai orang timur. Sebagai bangsa
yang ramah, gemah ripah loh jinawi, kita sudah semestinya belajar dari bunga
melati. Kesederhanaan yang mencerminkan keelokan budi dan aroma lembut yang
memberikan kenyamanan dan ketenangan patut dipelajari.
Meronce melati bisa menjadi sarana
alternatif untuk meningkatkan rasa cinta tanah air. Dengan meronce melati kita
mengagumi, menghargai, dan memaknai si puspa bangsa. Kita akan terus ingat
filosofi si puspa bangsa yang patut dicontoh. Sehingga kita semakin mencintai
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengharumkan nama bangsa Indonesia di
mata dunia internasional dengan tingkah laku yang berbudi pekerti.
Wahh artikelnya bagus dan bermanfaat banget nih
BalasHapusKunjungi juga www.smartkiosku.com atau www.serbamultimedia.com
suka sekali baca artikelnya
BalasHapustentang produk wardah